Sepulang dari kampus sekitar jam 9 malem karena ada kuliah malam.
Sesampainya di tempat kost, perutku minta diisi. Aku langsung saja pergi
ke warung tempat langgananku di depan rumah. Warung itu milik Ibu
Marni, umurnya 29 tahun. Dia seorang janda ditinggal mati suaminya dan
belum memiliki anak. Orangnya cantik dan bodynya bagus. Aku melihat
warungnya masih buka tapi kok kelihatannya sudah sepi. Wah,
jangan-jangan makanannya sudah habis, aduh bisa mati kelaparan aku
nanti. Lalu aku langsung masuk ke dalam warungnya. “Tante..?” “Ehhh. Dik
Anton, mau makan ya?” “Eee.. ayam gorengnya masih ada, Tante?” “Aduhh..
udah habis tuch, ini tinggal kepalanya doang.” “Waduhh.. bisa makan
nasi tok nich..” kataku memelas. “Kalau Dik Anton mau, ayo ke rumah
tante. Di rumah tante ada persediaan ayam goreng. Dik Anton mau nggak?”
“Terserah Tante aja dech..” “Tunggu sebentar ya, biar Tante tutup dulu
warungnya?” “Mari saya bantu Tante.” Lalu setelah menutup warung itu,
saya ikut dengannya pergi ke rumahnya yang tidak jauh dari warung itu.
Sesampai di rumahnya.. “Dik Anton, tunggu sebentar ya.
Owwww iya, atau mau nonton TV nyalakan aja.. ya jangan malu-malu.
Tante mau ganti pakaian dulu..” “Ya Tante..” jawabku. Lalu Tante Marni
masuk ke kamarnya, terus beberapa saat kemudian dia keluar dari kamar
dengan hanya mengenakan kaos dan celana pendek warna putih. Wow keren,
bodynya yang sexy terpampang di mataku, puting susunya yang menyembul
dari balik kaosnya itu, betapa besar dan menantang susunya itu. Kakinya
yang panjang dan jenjang, putih dan mulus serta ditumbuhi bulu-bulu
halus. Dia menuju ke dapur, lalu aku meneruskan nonton TV-nya. Setelah
beberapa saat. “Dik.. Dik Anton.. coba kemari sebentar?” “Ya Tante..
sebentar..” kataku sambil berlari menuju dapur. Setelah sampai di pintu
dapur. “Ada apa Tante?” tanyaku. “E.. Tante cuman mau tanya, Dik Anton
suka bagian mana.. dada, sayap atau paha?” “Eee.. bagian paha aja,
Tante.” kataku sambil memandang tubuh Tante Marni yang tidak bisa
diungkapkan oleh kata-kata.
Tubuhnya begitu indah. “Dik Anton suka paha ya.. eehhmm..” katanya
sambil menggoreng ayam. “Ya Tante, soalnya bagian paha sangat enak dan
gurih.” kataku. “Aduhh Dik.. tolong Dik.. paha Tante gatel.. aduhh..
mungkin ada semut nakal.. aduhh..” Aku kaget sekaligus bingung,
kuperiksa paha Tante. Tidak ada apa-apa. “Nggak ada semutnya kok
Tante..” kataku sambil memandang paha putih mulus plus bulu-bulu halus
yang membuat Kontol ku naik 10%. “Masak sih, coba kamu gosok-gosok pakai
tangan biar gatelnya hilang.” pintanya. “Baik Tante..” lalu
kugosok-gosok pahanya dengan tanganku. Wow, begitu halus, selembut kain
sutera dari China
“Bagaimana Tante, sudah hilang gatelnya?” “Lumayan Dik, aduh terima
kasih ya. Dik Anton pintar dech..” katanya membuatku jadi tersanjung.
“Sama-sama Tante..” kataku. “Oke, ayamnya sudah siap.. sekarang Dik
Anton makan dulu. Sementara Tante mau mandi dulu ya.” katanya. “Baik
Tante, terima kasih?” kataku sambil memakan ayam goreng yang lezat itu.
Disaat makan, terlintas di pikiranku tubuh Tante Marni yang telanjang.
Oh, betapa bahagianya mandi berdua dengannya. Aku tidak bisa konsentrasi
dengan makanku.
Pikiran kotor itu menyergap lagi, dan tak kuasa aku menolaknya. Tante
Marni tidak menyadari kalau mataku terus mengikuti langkahnya menuju
kamar mandi. Ketika pintu kamar mandi telah tertutup, aku membayangkan
bagaimana tangan Tante Marni mengusap lembut seluruh tubuhnya dengan
sabun yang wangi, mulai dari wajahnya yang cantik, lalu pipinya yang
mulus, bibirnya yang sensual, lehernya yang jenjang, susunya yang
montok, perut dan pusarnya, terus Memeknya, bokongnya yang montok,
pahanya yang putih dan mulus itu. Aku lalu langsung saja mengambil
sebuah kursi agar bisa mengintip lewat kaca di atas pintu itu. Di situ
tampak jelas sekali. Tante Marni tampak mulai mengangkat ujung kaosnya
ke atas hingga melampaui kepalanya.
Tubuhnya tinggal terbalut celana pendek dan BH, itu pun tak
berlangsung lama, karena segera dia melucutinya. Dia melepaskan celana
pendek yang dikenakannya, dan dia tidak memakai CD. Kemudian dia
melepaskan BH-nya dan meloncatlah susunya yang besar itu. Lalu, dengan
diguyur air dia mengolesi seluruh tubuhnya dengan sabun LUX, lalu
tangannya meremas kedua susunya dan berputar-putar di ujungnya.
Kejantananku seakan turut merasakan pijitannya jadi membesar sekitar
50%. Dengan posisi berdiri sambil bersandar tembok, Tante Marni
meneruskan gosokannya di daerah selangkangan, sementara matanya tertutup
rapat, mulutnya menyungging. Beberapa saat kemudian.. “Ayo, Dik Anton..
masuk saja tak perlu mengintip begitu, kan nggak baik, pintunya nggak
dikunci kok!” tiba-tiba terdengar suara dari Tante Marni dari dalam.
Seruan itu hampir saja membuatku pingsan dan amat sangat mengejutkan.
“Maaf yah Tante. Anton tidak sengaja lho,” sambil pelan-pelan membuka
pintu kamar mandi yang memang tidak terkunci. Tetapi setelah pintu
terbuka, aku seperti patung menyaksikan pemandangan yang tidak pernah
terbayangkan. Tante Marni tersenyum manis sekali dan..Cerita Sex Terbaru
“Ayo sini dong temani Tante mandi ya, jangan seperti patung gicu?”
“Baik Tante..” kataku sambil menutup pintu. “Dik Anton.. kontolnya
bangun ya?” “Iya Tante.. ah jadi malu saya.. abis Anton liat Tante
telanjang gini mana harum lagi, jadi nafsu saya, Tante..” “Ah nggak
pa-pa kok Dik Anton, itu wajar..” “Dik Anton pernah ngesex belum?”
“Eee.. belum Tante..” “Jadi, Dik Anton masih perjaka ya, wow ngetop
dong..” “Akhh.. Tante jadi malu, Anton.” Waktu itu bentuk celanaku sudah
berubah 70%, agak kembung, rupanya Tante Marni juga memperhatikan. “Dik
Anton, kontolnya masih bangun ya?” Aku cuman mengangguk saja, dan
diluar dugaanku tiba-tiba Tante Marni mendekat dengan tubuh telanjangnya
meraba Kontol ku. “Wow besar juga burungmu, Dik Anton..” sambil terus
diraba turun naik, aku mulai merasakan kenikmatan yang belum pernah
kurasakan.
“Dik Anton.. boleh dong Tante liat kontolnya?” belum sempat aku
menjawab, Tante Marni sudah menarik ke bawah celana pendekku, praktis
tinggal CD-ku yang tertinggal plus kaos T-shirtku. “Oh.. besar sekali
dan sampe keluar gini, Dik Anton.” kata Tante sambil mengocok Kontol ku,
nikmat sekali dikocok Tante Marni dengan tangannya yang halus mulus dan
putih itu. Aku tanpa sadar terus mendesah nikmat, tanpa aku tahu,
Kontol ku ternyata sudah digosok-gosokan diantara payudaranya yang
montok dan besar itu.
“Ough.. Tante.. nikmat Tante.. ough..” desahku sambil bersandar di
dinding. Setelah itu, Tante Marni memasukkan Kontol ku ke bibirnya,
dengan buasnya dia mengeluar-masukkan Kontol ku di mulutnya sambil
sekali-kali menyedot, kadang-kadang juga dia menjilat dan menyedot habis
2 telur kembarku. Aku kaget, tiba-tiba Tante Marni menghentikan
kegiatannya. Dia pegangi Kontol ku sambil berjalan ke arah bak mandi,
lalu Tante Marni nungging membelakangiku, sebongkah pantat terpampang
jelas di depanku.
“Dik Anton.. berbuatlah sesukamu.. kerjain Tante ya?!” Aku melihat
pemandangan yang begitu indah, Memek dengan bulu halus yang tidak
terlalu lebat. Lalu langsung saja kusosor Memeknya yang harum dan ada
lendir asin yang begitu banyak keluar dari Memeknya. Kulahap dengan
rakus Memek Tante Marni, aku mainkan lidahku di klitorisnya, sesekali
kumasukkan lidahku ke lubang Memeknya. “Ough Tonn.. ough..” desah Tante
Marni sambil meremas-remas susunya. “Terus Ton.. Tonn..” aku semakin
keranjingan, terlebih lagi waktu kumasukkan lidahku ke dalam Memeknya
ada rasa hangat dan denyut-denyut kecil semakin membuatku gila. Kemudian
Tante Marni tidur terlentang di lantai dengan kedua paha ditekuk ke
atas.Cerita Sex Terbaru
“Ayo Dik Anton.. Tante udah nggak tahan.. mana burungmu Ton?” “Tante
udah nggak tahan ya?” kataku sambil melihat pemandangan demikian
menantang, Memeknya dengan sedikit rambut lembut, dibasahi cairan harum
asin demikian terlihat mengkilat, aku langsung menancapkan Kontol ku di
bibir Memeknya. “Aoghh..” teriak Tante Marni. “Kenapa Tante..?” tanyaku
kaget. “Nggak.. Nggak apa-apa kok Ton.. teruskan.. teruskan..” Aku
masukkan kepala Kontol ku di Memeknya. “Sempit sekali Tante.. sempit
sekali Tante?” ” Nggak pa-pa Ton.. terus aja.. soalnya udah lama sich
Tante nggak ginian.. ntar juga enak kok..” Yah, aku paksa sedikit demi
sedikit, baru setengah dari Kontol ku amblas. Tante Marni sudah seperti
cacing kepanasan menggelepar kesana kemari.
“Ough.. Ton.. ouh.. Ton.. enak Ton.. terus Ton.. oughh..” desah Tante
Marni, begitu juga aku walaupun Kontol ku masuk ke Memeknya cuman
setengah tapi kempotannya sungguh luar biasa, nikmat sekali. Semakin
lama gerakanku semakin cepat, kali ini Kontol ku sudah amblas dimakan
Memek Tante Marni. Keringat mulai membasahi badanku dan badan Tante
Marni. Tiba-tiba Tante Marni terduduk sambil memelukku dan mencakarku.
“Oughh Ton.. ough.. luar biasa.. oughh.. Tonn..” katanya sambil merem
melek. “Kayaknya aku mau keluar.. ough..” Kontol ku tetap menancap di
Memek Tante Marni. “Dik Anton udah mau keluar ya?” Aku menggeleng,
kemudian Tante Marni terlentang kembali. Aku seperti kesetanan
menggerakkan badanku maju mundur, aku melirik susunya yang
bergelantungan karena gerakanku, aku menunduk, kucium putingnya yang
coklat kemerahan.
Tante Marni semakin mendesah, “Ough.. Tonn..” tiba-tiba Tante Marni
memelukku sedikit agak mencakar punggungku. “Oughh.. Tonn.. aku keluar
lagi..” Memeknya kurasakan semakin licin dan semakin besar, tapi
denyutannya semakin kerasa. Aku dibuat terbang rasanya.
Baca JUga Cerita Seks Tugas Dinas
Ah, rasanya aku sudah mau keluar. Sambil terus goyang, kutanya Tante
Marni. “Tante.. aku keluarin di mana Tante..? Di dalam boleh nggak..?”
“Terseraahh.. Soonn..” desah Tante Marni. Kupercepat gerakanku, burungku
berdenyut keras, ada sesuatu yang akan dimuntahkan oleh Kontol ku.
Akhirnya semua terasa enteng, badanku serasa terbang, ada kenikmatan
yang sangat luar biasa. Akhirnya kumuntahkan laharku dalam Memek Tante
Marni, masih kugerakkan badanku dan rupanya Tante Marni keluar kembali
lalu dia gigit dadaku, “Oughh..” “Dik Anton.. Tonn.. kamu memang
hebat..” Aku kembali mangenakann CD-ku serta celana pendekku. Sementara
Tante Marni masih tetap telanjang, terlentang di lantai.
“Dik Anton.. kalo mau beli makan malam lagi yah.. jam-jam sekian aja
ya..” kata Tante Marni menggodaku sambil memainkan puting dan
klitorisnya yang masih nampak bengkak. “Tante ingin Dik Anton sering
makan di rumah Tante ya..” kata Tante Marni sambil tersenyum genit.
Kemudian aku pulang, aku jadi tertawa sendiri karena kejadian tadi. Ya
gimana tidak ketawa cuma gara-gara “Ayam Goreng” aku bisa menikmati
indahnya bercinta dengan Tante Marni.
DI KUTIP DARI SUMBER TERPERCAYA DAN DI RAHASIAKAN.
GAMBAR HANYA PEMANIS SAJA.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Tua - tua Keladi Makin Tua Makin Jadi"
Posting Komentar