BERCINTA DENGAN SEKERTARIS

Sebagai direktur perusahaan Pak Lilik mengadakan acara resepsi penikahan nakanya di sebuah hotel
berbintag 5 di kota Jakarta, karena dapat undangan khusus dari atasan kami bersedia dengan senang hati
untuk datang dan mengucapkan selamat berbahagia untuk anaknya tentunya.




Malam itu aku datang dengan teman kuliahku yang bernama Brandon dia kuliahnya di Amerika, sampainya di
hotel banyak yang datang dengan menggandeng pasangannya masing masing, kadang aku juga merasakan iri,
karena aku masih jomblo hehe..
“Selamat malam Pak..” sapa seseorang agak mengagetkanku. Aku menoleh, ternyata Lia sekretarisku yang
menyapaku. Dia datang bersama tunangannya. Tampak sexy dan cantik sekali dia malam itu, disamping juga
anggun.
Berbeda sekali jika dibandingkan saat aku sedang menikmati tubuhnya,.. Liar dan nakal. Dengan gaun
malam yang berdada rendah, belahan buah dadanya yang besar tampak menggoda.
“Malam Lia” balasku. Mata Brandon tak henti-hentinya menatap Lia, dengan pandangan kagum. Lia hanya
tersenyum manis saja dilihat dengan penuh nafsu seperti itu. Tampak dia menjaga tingkah lakunya,
karena tunangannya berada di sampingnya.
Kamipun lalu berbincang-bincang sekedarnya. Lalu akupun permisi hendak menyapa para undangan lain yang
datang, terutama para klienku.
“Malam Pak Robert..” seorang wanita cantik tiba-tiba menyapaku. Dia adalah Santi, istri dari Pak
Rahman, manajer keuangan di kantorku. Mereka baru menikah sekitar tiga bulan yang lalu.
“Oh Santi.. Malam” kataku
“Pak Rahman dimana?”
“Sedang ke restroom.. Sendirian aja Pak?” tanyanya.
“Sama teman” jawabku sambil memandangi dia yang malam itu tampak cantik dengan gaun malamnya dengan
anggun. Belahan gaunnya yang tinggi memamerkan pahanya yang putih menggiurkan. Dadanya walaupun tak
sebesar Lia, tampak membusung menantang.
“Makanya, cari istri dong Pak.. Biar ada yang nemenin” katanya sambil tersenyum manis.
“Belum ada yang mau nih”
“Ahh.. Bapak bisa saja.. Pasti banyak banget cewek yang mau sama bapak.. Kalau belum married saya juga
mau lho..” jawabnya menggoda.

Memang Santi ini rasanya punya perasaan tertentu padaku. Tampak dari cara bicaranya dan cara dia
memandangku.
“Oh.. Kalau saya sih mau lho sama kamu biarpun kamu sudah married” kataku sambil menatap wajahnya yang
cantik.
“Ah.. Pak Robert.. Bisa aja..” jawabnya sambil tersipu malu.
“Bener lho mau aku buktiin?” godaku
“Janganlah Pak.. Nanti kalau ketahuan suamiku bisa gawat” jawabnya perlahan sambil tersenyum.
“Kalau nggak ketahuan gimana.. Nggak apa khan?” rayuku lagi.
Santi tampak tersipu malu. Wah.. Aku mendapat angin nih.. Memang aku sejak berkenalan dengan Santi
beberapa bulan yang lalu sudah membayangkan nikmatnya menyetubuhi wanita ini. Dengan kulit putih, khas
orang Bandung, rambut sedikit ikal sebahu, bibir tipis, dan masih muda lagi. Dia baru berumur 24
tahunan.
“Gimana nih setelah kawin.. Enak nggak? Pasti masih hot y.
“Godaku lagi.
“Biasa aja kok Pak.. Kadang enak.. Kadang nggak.. Tergantung moodnya” jawabnya lirih.
Dari jawabannya aku punya dugaan bahwa Pak Rahman ini tidak begitu memuaskannya di atas tempat tidur.
Mungkin karena usia Pak Rahman yang sudah berumur dibandingkan dengan dirinya yang masih penuh gejolak
hasrat seksual wanita muda. Pasti jarang sekali dia mengalami orgasme. Uh.. Kasihan sekali pikirku.
Tak lama Pak Rahmanpun datang dari kejauhan.
“Wah.. Pak Rahman.. Punya istri cantik begini kok ditinggal sendiri” kataku menggoda.
Santi tampak senang aku puji seperti itu. Tampak dari tatapan matanya yang haus akan kehangatan laki-
laki tulen seperti aku ini.
“Iya Pak.. Habis dari belakang nih” jawabnya. Tatapan matanya tampak curiga melihat aku sedang
mengobrol dengan istrinya yang jelita itu. Mungkin dia sudah dengar kabar akan ke-playboyanku di
kantor.
“Ok saya tinggal dulu ya Pak Rahman.. Santi” kataku lagi sambil ngeloyor pergi menuju tempat hidangan.
Akupun mengambil hidangan dan menyantapnya nikmat. Maklum perutku sudah keroncongan, terlalu banyak
basa-basi dengan para tamu undangan tadi. Kulihat si Brandon masih ngobrol dengan Lia dan tunangannya.
Ketika aku mencari Santi dengan pandanganku, dia juga sedang mencuri pandang padaku sambil tersenyum.
Pak Rahman tampak sedang mengobrol dengan tamu yang lain. Memang payah juga bapak yang satu ini, tidak
bisa membahagiakan istrinya.
Santi kemudian berjalan mengambil hidangan, dan akupun pura-pura menambah hidanganku.
“San.. Kita terusin ngobrolnya di luar yuk” ajakku berbisik padanya
“Nanti saya dicari suami saya gimana Pak..”
“Bilang aja kamu sakit perut.. Perlu ke toilet. Aku tunggu di luar ya”.
“Kataku sambil menahan nafsu melihat lehernya yang putih jenjang, dan lengannya yang berbulu halus
Tak lama Santipun keluar ruangan resepsi menyusulku. Kamipun pergi ke lantai di atas, dan menuju
toilet. Aku berencana untuk bermesraan dengan dia di sana. Kebetulan aku tahu suasananya pasti sepi.
Sebelum sampai di toilet, ada sebuah ruangan kosong, sebuah meeting room, yang terbuka. Wah kebetulan
nih, pikirku. Kutarik Santi ke dalam dan kututup pintunya.
Tanpa basa-basi lagi, aku cium bibirnya yang indah itu. Santipun membalas bergairah. Tangankupun
bergerak merambahi buah dadanya, sedangkan tanganku yang satu mencari kaitan retsleting di belakang
tubuhnya.
Kulepas gaunnya sebagian sehingga tampak buah dadanya yang ranum hanya tertutup BH mungil berwarna
krem. Kuciumi leher Santi yang jenjang itu, dan kusibakkan cup BHnya kebawah sehingga buah dadanya
mencuat keluar.
Langsung kujilati dengan rakus buah dada itu, aku hisap dan aku permainkan putingnya yang sudah
mengeras dengan lidahku.
“Oh.. Pak Robertt..” desah Santi sambil menggeliat.
“Enak San..”
“Enak Pak.. Terus Pak..” desahnya lirih.
Tangankupun meraba pahanya yang mulus, dan sampai pada celana dalamnya. Tampak Santi sudah begitu
bergairah sehingga celananya sudah lembab oleh cairan kewanitaannya.
Santipun kemudian tak sabar dan membuka kancing kemeja batikku. Dicium dan dijilatinya putingku.
Lalu terus ke bawah ke perutku. Kemudian dia berlutut dan dibukanya retsleting celanaku, dan tangannya
yang lentik berbulu halus itu merogoh ke dalam mengeluarkan kemaluanku dari celana dalamnya. Memang
kami sengaja tidak mau telanjang bulat karena kondisi yang tidak memungkinkan.
“Ohh.. Besar sekali Pak Robert.. Santi suka..” katanya sambil mengagumi kemaluanku dari dekat.
“Memang punya suamimu seberapa?” tanyaku tersenyum menggoda.
“Mungkin cuma separuhnya Pak Robert.. Oh.. Santi suka..” katanya tak melanjutkan lagi jawabannya
karena mulutnya yang mungil itu sudah mengulum kemaluanku.
“Enak Pak?” tanyanya sambil melirik nakal kepadaku. Tangannya sibuk meremas-remas buah zakarku
sementara lidahnya menjilati batang kemaluanku.
“Enak sayang.. Ayo isap lagi” jawabku menahan rasa nikmat yang menjalar hebat.
Dikulumnya lagi kemaluanku, sementara kedua tangannya meremas-remas pantatku. Sangat sexy sekali
melihat pemandangan itu.
Seorang wanita cantik yang sudah bersuami, bertubuh padat, sedang berlutut didepanku dengan pipi yang
menggelembung menghisap kemaluanku.
Terlebih ketika kemaluanku keluar dari mulutnya, tanpa menggunakan tangannya dan hanya menggerakkan
kepalanya mengikuti gerak kemaluanku, Santi mengulumnya kembali.”selingkuh teman kantor”
“Hm.. Kontol bapak enak banget.. Santi suka kontol yang besar begini” desahnya.
Tiba-tiba terdengar bunyi handphone. Santipun menghentikan isapannya.
“Iya Mas.. Ada apa?” jawabnya.
“Lho Mas udah pikun ya.. Khan Santi tadi usah bilang.. Santi mau ke toilet.. Sakit perut.. Gimana sih”
Santi berbicara kepada suaminya yang tak sabar menunggu. Sementara tangan Santi yang satu tetap meraba
dan mengocok kemaluan atasan suaminya ini.
“Iya Mas.. Mungkin salah makan nih.. Sebentar lagi Mas.. Sabar ya..”
Kemudian tampak suaminya berbicara agak panjang di telpon, sehingga waktu tersebut digunakan Santi
untuk kembali mengulum kemaluanku sementara tangannya masih memegang handphonenya.
“Iya Mas.. Santi juga cinta sama Mas..” katanya sambil menutup telponnya.
“Suamiku sudah nunggu. Tapi biarin aja deh dia nunggu agak lama, soalnya Santi pengin puas dulu”.
Sambil tersenyum nakal Santi kembali menjilati kemaluanku.
Aku sudah ingin menikmati kehangatan tubuh wanita istri bawahanku ini. Kutarik tangannya agar berdiri,
dan akupun tiduran di atas meja meeting di ruangan itu.
Tanpa perlu dikomando lagi Santi menaiki tubuhku dan menyibak gaun dan celana dalamnya sehingga
vaginanya tepat berada di atas kemaluanku yang sudah menjulang menahan gairah.
Santi kemudian menurunkan tubuhnya sehingga kemaluankupun menerobos liang vaginanya yang masih sempit
itu.
“Oh.. My god..” jeritnya tertahan.
Kupegang pinggangnya dan kemudian aku naik-turunkan sehingga kemaluanku maju mundur menjelajahi liang
nikmat istri cantik Pak Rahman ini. Kemudian tanganku bergerak meremas buah dadanya yang bergoyang
saat Santi bergerak naik turun di atas tubuhku.
Sesekali kutarik badannya sehingga buah dadanya bergerak ke depan wajahku untuk kemudian aku hisap
dengan gemas.
“Ohh Pak Robertt.. Bapak memang jantan..” desahnya
“Ayo Pak.. Puaskan Santi Pak..” Santi berkata sambil menggoyang-goyangkan badannya maju mundur di atas
kemaluanku. Setelah itu dia kembali menggerakkan badannya naik turun mengejar kepuasan bercinta yang
tak didapatkan dari suaminya.
Setelah beberapa menit aku turunkan tubuhnya dan aku suruh dia menungging sambil berpegangan pada
tepian meja. Aku sibakkan gaunnya, dan tampak pantatnya yang putih menggairahkan hanya tertutup oleh
celana dalam yang sudah tersibak kesamping. Kuarahkan kemaluanku ke vaginanya, dan langsung kugenjot
dia, sambil tanganku meremas-remas rambutnya yang ikal itu.
“Kamu suka San?” kataku sambil menarik rambutnya ke belakang.
“Suka Pak.. Robert.. Suka..”
“Suamimu memang nggak bisa ya”
“Dia lemah Pak.. Oh.. God.. Enak Pak.. Ohh”
“Ayo bilang.. Kamu lebih suka ngentotin suamimu atau aku” tanyaku sambil mencium wajahnya yang
mendongak ke belakang karena rambutnya aku tarik.
“Santi lebih suka dientotin Pak Robert.. Pak Robert jantan.. Suamiku lemah.. Ohh.. God..” jawabnya.
“Kamu suka kontol besar ya?” tanyaku lagi
“Iya Pak.. Oh.. Terus Pak.. Punya suamiku kecil Pak.. Oh yeah.. Pak Robert besar.. Ohh yeah oh.. God.
Suamiku jelek.. Pak Robert ganteng. Oh god. Enakhh..” Santi mulai meracau kenikmatan.
“Oh.. Pak.. Santi hampir sampai Pak.. Ayo Pak puaskan Santi Pak..” jeritnya.
“Tentu sayang.. Aku bukan suamimu yang lemah itu..” jawabku sambil terus mengenjot dia dari belakang.
Tangankupun sibuk meremas-remas buah dadanya yang bergoyang menggemaskan.
“Ahh.. Santi sampai Pak..” Santi melenguh ketika gelombang orgasme menerpanya.
Akupun hampir sampai. Kemaluanku sudah berdenyut-denyut ingin mengeluarkan laharnya. Kutarik tubuh
Santi hingga dia kembali berlutut di depanku. Kukocok-kocok kemaluanku dan tak lama tersemburlah
spermaku ke wajahnya yang cantik. Kuoles-oleskan sisa-sisa cairan dari kemaluanku ke seluruh wajahnya.
Kemudian Santipun mengulum dan menjilati kemaluanku hingga bersih.
“Terimakasih Pak Robert.. Santi puas sekali” katanya saat dia membersihkan wajahnya dengan tisu.
“Sama-sama Santi. Saya hanya berniat membantu kok” jawabku sambil bergegas membetulkan pakaianku
kembali.
“Ngomong-ngomong, kamu pintar sekali blowjob ya? Sering latihan?” tanyaku.
“Santi sering lihat di VCD aja Pak. Kalau sama suami sih jarang Santi mau begitu. Habis nggak nafsu
sih lihatnya”
Wah.. Kasihan juga Pak Rahman, pikirku geli. Malah aku yang dapat menikmati enaknya dioral oleh
istrinya yang cantik jelita itu.
“Kapan kita bisa melakukan lagi Pak” kata Santi mengharap ketika kami keluar ruangan meeting itu.
“Gimana kalau minggu depan aku suruh suamimu ke luar kota jadi kita bisa bebas bersama?”
“Hihihi.. Ide bagus tuh Pak.. Janji ya” Santi tampak gembira mendengarnya.
Kamipun kembali ke ruangan resepsi. Santi aku suruh turun terlebih dahulu, baru aku menyusul beberapa
menit kemudian. Sesampai di ruang resepsi tampak Brandon sedang mencari aku.
“Hey man.. Where have you been? I’ve been looking for you”
“Sorry man.., I had to go to the restroom. I had stomachache” jawabku.
Tak lama Santi datang bersama Pak Rahman suaminya.
“Pak Robert, kami mau pamit dahulu.. Ini Santi nggak enak badan.. Sakit perut katanya”
“Oh ya Pak Rahman, silakan saja. Istri bapak cantik harus benar-benar dirawat lho..”

Santi tampak tersenyum mendengar perkataanku itu, sementara wajah Pak Rahman menunjukkan rasa curiga.
He.. He.. Kasihan, pikirku. Mungkin dia akan syok berat bila tahu aku baru saja menyetubuhi istrinya
yang cantik itu.
Tak lama aku dan Brandon pun pulang. Sebelum pulang aku berpapasan dengan Lia, sekretarisku. Aku suruh
dia untuk mendaftarkan Pak Rahman untuk training di Singapore. Memang baru-baru ini aku mendapat
tawaran training ke Singapore dari salah satu perusahaan.
Lebih baik Pak Rahman saja yang pergi, pikirku. Toh memang dia yang mengerjakan pekerjaan itu di
kantor, sedangkan aku hanya akan menolong istrinya yang cantik mengarungi lautan birahi selama dia
pergi nanti.
Tak sabar aku menanti minggu depan datang. Nanti akan aku ceritakan lagi pengalamanku bersama Santi
bila saatnya tiba. Dengan tidak adanya batas waktu karena terburu-buru, tentu aku akan lebih bisa
menikmati dirinya.

Related Posts:

nikmatnya saat pertama bercinta

Aku dan Laras baru selesai mandi bersama dan akan berganti pakaian, saat ponselku berdering, ternyata
telepon dari isteriku yang tadi berangkat ke Australia.
“Dari siapa Yah…?” tanya Laras sambil memakai bh.
“Bunda” jawabku
“Terus Laras gimana, Yah…?” tanya Laras nampak khawatir.
 Aku memberi isyarat agar dia tenang. Setelah tekan tombol ‘yes’ aku aktifkan speaker-phone agar Laras
bisa mendengar pembicaraan kami. Dalam kondisi sekarang ini aku tidak ingin Laras merasa aku
merahasiakan sesuatu dari dia. Bagaimanapun hari ini adalah hari pertama aku selingkuh dengan Laras,
aku tidak ingin mengacaukan saat-saat seperti ini. Laras kembali memakai seragam sekolahnya walaupun
agak kusut.
“Sore Bun, nginap dimana?” tanyaku
“Di Causeway 353 Hotel” jawab isteriku.
Setelah berbasa-basi dengan istriku, aku memberi tau kalau aku bersama Laras. Dari dulu istriku ingin
mempunyai anak perempuan, tapi tidak mau hamil lagi. Laras yang sering datang ke rumah di luar jadwal
pertemuan anak asuhku membuat Laras dan isteriku menjadi sangat dekat. Mungkin bagi Laras, kami adalah
orang tuanya, sedangkan bagi isteriku, dia seperti mendapatkan anak perempuan kandung. Isteriku sudah
sering mengusulkan agar Laras tidur di rumah saja supaya bisa mengawasiLaras sampai rencana kami
mengirim Laras ke Australia untuk kuliah terlaksana.
“Oh iya, Bun. Ini ada Laras” kataku lagi sambil meraih tangan Laras.
Laras tadinya menolak tapi aku segera memberi isyarat agar dia tenang dan wajar.
“Laras…? Hei… apa kabar Sayang…?” tanya isteriku pada Laras
“Baik Bunda…”
Lumayan lama Laras bicara dengan isteriku. Berkali-kali Laras melirik minta persetujuanku untuk
menjawab pertanyaan isteriku. Ternyata benar dugaanku, isteriku merasa senang setelah tahu ada Laras
di rumah. Salah satu pesannya kepadaLaras adalah mengawasi dan menjaga menu makananku.
Akhirnya isteriku memberi tahu Laras kalau setelah lulus nanti, kami berencana mengirim Laras ke
Australia untuk kuliah disana. Dia juga minta Laras pindah ke rumah kami. Sejenak Laras bengong tak
percaya sampai aku ikut bicara meyakinkan Laras.
“Makasih Ayah” kata Laras setelah telepon ditutup sambil memeluku dengan erat dan menciumi wajahku.
“Laras tak pernah membayangkan kalau bisa kuliah ke luar negeri”
“Itu karena usaha Laras sendiri. Ayah lihat Laras nilai rapotnya sangat bagus, jadi sayang kalau hanya
kuliah disini.” Jawabku.
“Sekarang kita makan dulu untuk merayakan berita gembira ini.”
Aku angkat telepon antar ruang dan bicara dengan Ayu untuk menanyakan apakah pakaian Laras sudah
dikirim dari rumah asuh. Ternyata pakaian Laras sudah sampai dan diletakkan di ruang keluarga. Aku
suruh Laras mengambil tasnya. Setelah Larasberganti pakaian kami berangkat menuju mall yang baru di
buka di jalan Pemuda. Mall dengan hotel ini cukup megah. Setelah makan di salah satu cafe, aku ajak
Larasberbelanja pakaian, sepatu, dan kosmetik. Laras bingung ketika memilih, rupanya dia baru pertama
kali mengenal baju, parfum, dan lain-lain yang harganya di atas satu juta rupiah.
Selama ini penghuni rumah asuh ku hanya dibelikan pakaian yang sederhana, walapun bukan murahan.
Harganya tidak sampai tiga ratus ribu satu stel. Kosmetik yang dibelikan isteriku mereka hanya merek
lokal, jadi harganya tidak terlalu mahal. Akhirnya aku bantu dia memilih barang-barang yang akan
dibelinya, salah satunya adalah lingerie dengan tali di bahu. Aku bayangkan Laras pasti sangat seksi
memakai lingerie ini. Ketika membayar belanjaan Laras, aku baru tahu, dia membeli lotion untuk vagina
juga. Aku tersenyum ketika Laras terlihat malu ketika aku ketahui dia membeli lotion vagina.
Hampir jam sembilan malam kami sampai di rumah. Satpam yang membukakan gerbang memberi tahu kalau para
pembantu dan tukang kebun sedang asyik nontonTV di paviliun belakang, sehingga kedatangan kami tidak
mereka sadari. Kami langsung ke kamar tidurku.
“Laras boleh tanya sama Ayah?” kata Laras tiba-tiba.
“Boleh. Kenapa?”
“Apa Bunda nggak marah, kalau tahu Ayah menghabiskan uang banyak buat Laras?”
“Kenapa mesti Bunda marah, Sayang? Laras dengar sendiri di telepon tadi. Bunda juga sayang sama Laras.
Ayah dan
Bunda tidak punya anak perempuan, itu sebabnya Bunda ingin Laras tinggal di sini, bukan di rumah asuh…
Ayah sama Bunda sudah lama ingin mengangkat Laras menjadi anak secara resmi. Hanya karena rumah asuh
itu dikelola Bunda, agak sulit prosedurnya. Akhirnya Ayah sama Bunda memutuskan agarLaras tinggal
disini, resmi sebagai anak atau tidak sudah tidak penting lagi” kataku menjelaskan.
“Iya sih, tapi…” kata-kata Laras terhenti. Aku tersenyum dan tetap diam menunggu Laras melanjutkan
kata-katanya.
“Kita sudah seperti suami isteri… Ayah, Laras sudah mengkhianati Bunda” kata Laras lagi.
Ada keraguan dan penyesalan nampak di nada suaranya.
“Sudahlah Laras. Semuanya sudah kita lakukan dengan penuh kesadaran. Kita menikmati hari ini dengan
penuh gairah dan kenikmatan. Bunda juga menyusuh Laras tidur di sini untuk menemani Ayah.” kataku
untuk menenangkannya. “Kalau nanti Laras tinggal disini, pati Bunda juga akan membelikan Laras baju,
sepatu dan lain-lain. Nah, sekarang Laras istirahat dulu. Besok Ayah antar ke sekolah.”
Laras menjawab dengan anggukan kepalanya sambil tersenyum yang dipaksakan lalu segera menyiapkan
buku-buku pelajaran buat sekolah besok. Selesai menyiapkan buku dan seragamnya, Laras minta ijin untuk
ke kamar mandi. Kali ini dia wanti-wanti agar aku tidak ikut.
“Iya deh… Ayah tunggu disini” aku tertawa mengiyakan. Aku tahu, Laras pasti akan menggunakan lotion
vaginanya.
“Awas kalau ayah ngintip. Nanti nggak dikasi yang asyik-asyik…” kata Laras sambil melotot lucu.
Setelah keluar dari kamar mandi, aku minta untuk memakai lingerie yang baru aku belikan. Aku duduk di
sofa untuk mengamati Laras melepas pakaiannya dan mengambil lingerie barunya. Laras menatapku sambil
tersenyum. Nampaknya dia menyukai lingerie yang aku belikan. Tangannya meraih karet spandek celana
dalamnya. Dengan gerakan matanya, Laras minta pendapatku apakah melepas celana dalam atau tetap
dipakai.
Aku memberi isyarat agar dia melepas celana dalam dan branya, karena lingerie itu terdiri dari rok
pendek dan G-string. Laras memenuhi permintaanku. Bra dan celana dalamnya dilepaskan lalu memakai
lingerie barunya. Setelah memakai lingerie, aku minta Laras memakai make up yang tadi aku belikan. Dia
hanya menyapukan bedak di wajahnya, lalu mengoleskan lipstick tipis di bibirnya.
Aku benar-benar terpesona setelah Laras memakai lingerie barunya serta berdandan tipis seperti ini.
Dia nampak sangat cantik dan seksi. Lingerie itu berbentuk terusan yang terbuat dari broklat pink
transparan. Lingerie itu hanya menutup tubuh Laras mulai dari puting payudaranya sampai pangkal paha.
Ada dua utas tali di bahu kanan dan kiri untuk menahan lingerie itu agar tidak terlepas. Lingerie itu
memamerkan lekukan tubuh Laras dari dengan sempurna dan tidak terkesan norak. Bagian atas menampakkan
bahu laras yang lembut dan agak bidang, nampak seksi. Payudaranya yang terlihat bagian atasnya nampak
menonjol dan terangkat. Payudara seorang gadis yang baru mekar. Sedangkan bagian bawahnya
memperlihatkan kedua paha dan kakinya yang panjang dan bersih mulus.
Laras mendekati aku dengan bergaya seperti peragawati. Badannya lenggak-lenggok sengaja memancing
birahiku, yang sudah bangkit sejak dia melepaskan pakaianya. Setelah kira-kira satu meter di depanku
lenggokan tubuh Laras makin erotis. Gerakannya gemulai, pinggulnya bergerak dengan seksi, tangannya
memegang rambutnya lalu diangkat ke atas. Kembali Laras meliukkan tubuhnya dengan tangan tetap menahan
rambutnya. Aku benar-benar gemas dan terangsang menikmati gerakan Laras. kemudian tangannya memegang
payudaranya lalu memijit dan meremas payudaranya sendiri, sambil sesekali mendesah.
“Ayah… Laras cantik kan…?” tanya Laras sambil terus meremas payudaranya. “Ayah suka Laras berpakaian
seperti ini…? Ayah juga suka Laras memakai make up…?”
“Kamu cantik sekali Sayang.” Aku memujinya. Bukan untuk merayunya, tapi aku benar-benar tulus waktu
mengatakannya. “Benar-benar cantik, juga seksi. Dengan lingerieini, keindahan tubuh Laras benar-benar
tampak”
“Ah, Ayah bisa aja…” jawab Laras sambil duduk di pangkuanku dengan manja. “Laras jadi malu nih…” kedua
tangannya memeluk leherku
“Lho, kenapa…?”
“Masa Laras dibilang seksi…” kata Laras sambil mendekatkan kepalaku di payudaranya.
Aku segera menggigit puting Laras dari luar lingerie. Tanganku aku lingkarkan di pinggangnya dan
menyibakkan lingerienya bagian belakang dari bawah untuk meraih pantatnya
“Aahh… Ayah suka nakal sih…?” kata Laras di sela desahan nafasnya yang mulai memburu. Kepalaku diremas
sambil diciumi.
“Tapi Laras suka kan…?” kataku menggodanya. Dia hanya tertawa menggoda.
“Suka banget…”
Aku berdiri sambil mengangkat tubuh Laras. Dia aku gendong lalu berjalan mengitari kamarku yang
berukuran lima kali tujuh meter persegi. Sambil berjalan, aku senandungkan lagu Everything I Do, I Do
It for You yang biasa dinyanyikan Bryan Adam. Tangan Laras melingkar di leherku, bergayut manja. Aku
berjalan sambil mengayun-ayunkan tubuh Laras seperti menina-bobokan seorang gadis kecil. Nampaknya dia
menikmati sekali ayunan tanganku. Matanya setengah terpejam dengan mulut merekah. Aku dekatkan mulutku
ke bibirnya, lalu perlahan aku gigit bibirnya lalu aku hisap dengan lembut.
“Aahh…” Laras mendesah ketika lidahku menjilat langit-langit mulutnya.
Kami berciuman sambil menggendong tubuh Laras. Desahan dan erangan Laras bersaing dengan suara kecupan
bibirku pada bibirnya. Lalu kami saling lumat dan saling hisap. Aku bawa Laras ke tempat tidurku dan
aku baringkan dia, sementara lidahku terus menghisap dan mengait lidahnya. Aku ingin mencoba suasana
baru dalam persetubuhanku dengan Laras.
Perlahan aku buka tali lingerie yang mengikat bahunya dengan mulutku. sesekali mulutku mengecup
pundaknya sambil lidahku menjilat-jilat pundak Laras yang lunak tapi kenyal itu. Tali terlepas, tapi
lingerie itu masih melekat pada tubuh Laras. kembali mulutku menurunkan sedikit lengerienya sampai
dadanya terbuka, lalu aku kulum putingnya. Lidahku berputar dan mengait puting Laras yang sudah
bertambah kenyal dan sekitar puting itu berubah berbintil-bintil.
Nafsuku sudah mendekati puncak. Aku ingin menikmati Laras dengan cara lain. Aku berubah menjadi liar
dan kasar. Kasar namun tidak sampai membuat Laras merasa sakit. Aku ingin memuaskan nafsuku dengan
caraku sendiri. Dengan penuh semangat dan cepat aku cium leher Laras. Melihat kekasaranku, Laras agak
terkejut. Aku semakin liar dan rakus menetek payudaranya. Rupanya Laras ikut terbawa suasana. Nafasnya
terengah-engah terdengar di sela-sela erangannya.
“Sshh… Ayah… aahh… sshh”
Dengan tak kalah liar dia merengkuh kepalaku dan mencari-cari bibirku, lalu melumat bibirku sambil
memasukkan lidahnya ke dalam mulutku. kupeluk Laras dengan erat sambil beradu lidah. Kami saling hisap
dan saling sedot sambil saling mengait-kaitkan lidah dengan penuh nafsu dan liar. Aku menumpukan berat
badanku pada tubuh Laras, sehingga tubuh kami saling melekat dengan erat. Kulepas ciumanku pada bibir
Laras, lalu aku susuri leher Laras, kemudian berpindah ke payudaranya kembali. Dengan kasar aku cium
dan aku hisap payudara dan putingnya. Laras menggelinjang seperti ingin berontak melepaskan diri dari
pelukanku. Aku tahu Laras tidak ingin aku yang mengendalikan permainan. Laras menginginkan dia yang
mengendalikan permainan seperti tadi siang.
Laras ternyata memang tipe wanita agresif, selalu ingin menguasai permainan seks yang dilakukan. Dalam
setiap berhubungan sex, wanita seperti dia tidak hanya ingin dibuat orgasme dan dipuaskan, tapi juga
ingin memuaskan pasangannya. Wanita seperti dia juga dengan mudah muncul birahinya, seperti waktu
melihat aku telanjang dada tadi siang.
Tapi aku tak peduli. Aku tidak memberi kesempatan kepadanya untuk bertindak lebih jauh. Aku masih
ingin mengendalikan permainan ini. Kedua tanganku meremas-remas payudara Laras. Mulutku menyusuri
perutnya yang rata dan kenyal. Lidahku merayap dipermukaan kulit perutnya yang halus dan licin karena
ludahku. Kecupan dan jilatan lidahku makin cepat, liar dan kasar. Aku merangkak mundur sehingga
bibirku menyentuh perut bawahnya, tepat di atas vagina, lalu aku jilat dan aku kecup sambil
menghisapnya.
Laras melenguh dan menggelinjang. Aku ingin memberi tanda pada perut bagian bawah ini. Segera aku
kecup lalu kusedot dengan kuat sambil menggigit pelan. Laras mengerang ketika aku menghisap dan
menggigit perutnya. Beberapa saat kemudian, nampak bercak merah karena pembuluh darah di bagian itu
melebar. Lima buah cupang aku letakkan berjajar membentuk huruf V di perut Laras.
Setelah puas memberi cupang di perut bagian bawah, aku melepaskan lingerienya, tidak dengan tanganku,
tapi tetap dengan mulut dan gigiku. Ada sensasi lain yang aku rasakan ketika bibirku menyentuh
kulitnya saat melepas lingerie itu. Sensasi lain dengan kalau aku sekedar mencium seluruh tubuhnya.
Sensasi sentuhan bibirku pada kulit Laras saat melepas lingeri juga dirasakan Laras. Berkali-kali
suara lenguhan dan desisan kami bersahut-sahutan. Demikian pula saat melepas G-string yang melekat di
selakangannya. Bibirkuku pun bersentuhan dengan vagina Laras. Kami kembali merintih, mengerang dan
mendesah.
Setelah seluruh tubuh Laras terbuka, dengan cepat aku pagut vagina Laras yang sudah basah berlendir.
Lidahku dengan mantap menjilat dan bergetar pada klitorisnya, lalu vagina Laras aku hisap dan aku
kilik-kilik dengan lidahku. Vaginanya mengeluarkan aroma berbeda dari tadi siang atau tadi sore. Itu
karena Laras memakai lotion untuk vagina yang dia beli di mall. Aroma wangi menyusup hidungku membuat
aku makin bersemangat untuk mengulum vagina dan klitorisnya.
“Ahh… sshh” hanya itu kata-kata yang berkali-kali keluar dari mulut Laras, tak ada yang lain.
Laras benar-benar menikmati permainanku. Badannya menggelinjang bergerak seperti ular yang menari
karena mendengar tiupan seruling. Lidahku aku getarkan dengan cepat menyentuh bibir vagina Laras
bagian dalam, sambil sesekali aku masukkan dan aku getarkan di dalam lubang vaginanya yang sangat
sempit. Sesekali pula aku sedot saat kurasakan lendir vaginanya meleleh keluar sambil memasukkan
klitorisnya ke dalam mulutku. Lalu aku masukkan hidungku ke dalam vaginanya. Sambil aku tekan,
hidungku aku gesekkan di dalam lubang vagina Laras. sementara itu lidahku menjilat kulit antara anus
dan vaginanya.
“Auw…sshh… Ayaahh…” Laras menjerit saat lidahku menjilat kulit antara anus dan vaginanya. Sejenak dia
bergetar, lalu Laras mengangkat badannya seperti akan duduk. Mulutnya mendesis dan mengerang.
“Ssshh… Laras diapain Yah… ?” tanya Laras di sela-sela desisan bibirnya. “Aahh… nikmat bangeettt…”
katanya lagi lalu kembali terlentang dan bergerak liar. Aku tak menjawab.
Aku lebih peduli dengan vagina dan klitoris Laras. Lebih peduli pada kulit antara anus dan vaginanya.
Aku terus menjilat dan menghisap. Membiarkan Laras menikmati setiap rangsangan yang aku berikan.
Kedua kaki Laras aku angkat dan aku lipat di perutnya dengan posisi membuka, sehingga pantatnya
terangkat dan vagina serta anusnya nampak sangat jelas. Ledir yang meleleh tampang cukup banyak dan
deras. Vaginanya tampak berkedut-kedut pelan, klitorisnya menonjol ke depan seperti penis kecil yang
sedang ereksi. Sedangkan anusnya yang berkerut ikut berkedut pula. Anusnya basah mengkilat karena
terkena lelehan cairan vaginanya.
Aku tusukkan hidungku ke lubang anus Laras lalu aku goyangkan sambil aku tekan. Tercium bau khas anus
bercampur wangi lotion vagina membuatku nyaman muntuk terus menjilat dan memasukkan lidahku. Mungkin
bagi orang lain jijik menjilat anus partner seksnya, tapi bagiku bau itu menimbulkan sensasi
tersendiri, apalagi bercampur dengan lotion vagina. Lidahku dengan cepat menari mengorek anus Laras.
Bibirku mengecup dan dan menjepit kerut-kerut anusnya kuat-kuat. Tak kuduga. Laras dengan cepat
mencapai orgasme yang pertama malam ini. Tubuhnya meliuk-liuk tak terkendali lalu mengejang dengan
kuat, mulutnya mendesis-desis.
“Aahh… Ayah… Laras dapet lagi… aahh…” Laras berteriak kencang.
Tangan Laras mencengkeram kepalaku lalu rambutku diremas. Aku berhenti sejenak mengamati Laras. Mata
Laras terpejam dengan nafasnya terengah-engah. Kedua betis dan pahanya menjepit kepalaku ketika aku
susupkan kembali di antara kedua pahanya. Aku teruskan jilatanku pada anusnya, namun tidak secepat dan
sekaras tadi. Perlahan dan lebut seluruh permukaan lidahku aku oleskan ke anusnya beberapa kali, lalu
aku ganti menghisap lembut dan pelan klitorisnya. Aku ingin Laras dapat menikmati orgasmenya sepanjang
mungkin. Aku merangkak menindih Laras. dengan lembut dan pelan aku kecup payudaranya. Laras memeluku
lalu mencium bibirku. Dia agak kaget mencium bau anusnya yang masih menempel di bibir dan lidahku,
lalu tersenyum sambil memejamkan mata.
“Ayah nggak jijik mencium dan menjlat anus Laras?”
“Enggak tuh…” jawabku. Laras menjawab dengan memelukku lalu mencium bibirku dengan ganas.
“Kalau gitu Laras juga enggak jijik.”
“Enggak jijik apa?”
“Ada deh… eh tapi Ayah nakal terus…?”
“Nakal gimana Sayang?”
“Laras inginnya Ayah yang ejakulasi, bukan Laras yang orgasme duluan”
“Ya sudah… sekarang terserah Laras.” kataku lalu berbaring di samping kanannya sambil menyusupkan
tangan kiriku di bawah kepalanya, lalu memeluknya.
Perlahan Laras bangkit lalu menindih tubuhku, lalu dengan ganas dan liar dia mencium sekujur tubuhku.
Leherku basah kuyup karena jilatannya. Hebat sekali gadis ini. Tujuh kali orgasme dalam sehari masih
memiliki tenaga dan nafsu yang luar biasa dalam berhubungan sex. Mau tak mau aku membadingkan dengan
isteriku yang hanya mampu bertahan dua kali orgasme sekali bersetubuh, kemudian menunggu dua atau tiga
hari baru berhubungan sex lagi. Tapi Laras benar-benar tinggi stamina dan nafsunya. Laras tetap saja
masih liar, menjilat-jilat tubuhku, dan meremas putingku dengan bibirnya. Putingku digigit-gigit dan
dihisap bergantian kiri dan kanan.
Sementara, penisku yang sudah tegang sejak mengamati Laras berganti pakaian dengan lingerie,
dimasukkan kedalam vaginanya. Laras memang tidak menggoyangkan pantatnya untuk mengocok penisku, tapi
gerakannya waktu menjilat dan mengisap tubuhku membuat pantatnya juga bergerak, sehingga penisku
serasa dipilin dan dipijat vagina Laras. Ingin aku mengimbangi gerakan Laras, tapi setiap aku
merespon, Laras melarangku.
“Ayah diam dulu ya… biar Laras yang muasin Ayah…”
Akhirnya aku diam menikmati permainannya yang semakin agresif dan liar. Aku hanya menggeliat dan
mendesis nikmat. Laras memundurkan badannya, sehingga penisku terlepas dari vagina, namun bibir dan
lidahnya tetap menjilat dan meremas kulit dada dan perutku. Bibir dan lidah Laras diseret dan bergeser
di permukaan kulitku, lalu berhenti dan berputar-putar di tempat, diseret dan bergeser lagi, berkali-
kali. Perpindahan lidah dan bibir Laras makin ke bawah ke aras penisku.
Ketika sampai di pangkal penisku, lidahnya menekan dan menari-nari membasahi batang penisku. Kemudian
lidah Laras mengitari selakanganku sebelah kiri dan kanan lalu berhenti di bagian bawah menjilat,
mengecup dan memijat scrotumku dengan lembut sehingga aku melayang dibuatnya. Tiba-tiba Laras menjadi
liar ketika dengan penuh nafsu, penisku dilahapnya lalu dihisap dan dipuntir dengan lidahnya.
“Ssshh… Laras… sshh…” aku mendesis dan mengerang.
“Nikmat kan Yah…?” kata Laras ketika berhenti menghisap penisku.
“Iyyyaa… Terusin Sayang…aahh” aku minta Laras untuk meneruskkan aksinya.
Sebenarnya, tanpa kusuruh pun Laras pasti terus mengulum dan mengocok penisku dengan mulut dan
lidahnya, karena begitu selesai mengucapkan kata-kata itu, Laras dengan sigap langsung mengulum
penisku kembali dengan intensitas lebih tinggi.
Tangannya menggenggam pangkal penisku sambil digerakkan seolah sedang memutar gas sepeda motor
dibarengi dengan gerakan mengocok dengan erat dan mantap namun lembut, sehingga penisku terasa nikmat
sekali. Beberapa saat kemudian, aku sudah hampir ejakulasi. Laras mempercepat kocokannya dan
memperkuat hisapannya. Namun tiba-tiba dilepaskannya penisku dari mulutnya. Bibirnya menyusuri pangkal
pahaku, lalu berputar-putar di pahaku bagian dalam. Kakiku kemudian diangkat sehingga tubuh dan kakiku
membentuk sudut sembilan puluh derajat.
Kemudian Laras meneruskan jilatannya sambil menyeret lidahnya dipermukaan kulit paha belakangku, lalu
pantatku menjadi sasaran lidahnya. Giginya mengigit-gigit pelan pantatku dibarengi dengan hisapan dan
jilatan lidahnya. Laras tidak berhenti di pantatku. Belahan pantatku pun ikut dijilat, dikecup dan
dihisapnya. Anusku juga tak lepas dari korekan dan pijatan lidah Laras, sementara tangannya terus
mengosok penisku.
“Uhh… ssshh” hanya itu kata-kata yang mampu aku ucapkan menikmati jilatan, hisapan dan kecupan Laras
di anusku.
Baru kali ini seumur hidupku pantatku dijilat orang, apalagi sekarang dijilat dan dihisap gadis muda
yang cantik seperti Laras. Aku benar-benar puas atas permainan Laras. lama sekali dia menjilat anusku
sampai-sampai aku kembali hampir ejakulasi. Penisku yang ada dalam kocokan Laras terasa berkedut
hebat, tapi dia berhenti mengocok penisku dan menjauhkan mulutnya dari anusku.
“Laras… Masukin penis Ayah ke dalam…” kata-kataku terhenti.
Aku berharap agar Laras segera mengulum penisku, namun lagi-lagi Laras membuat aku semakin penasaran.
Laras malah menjilat betisku.
“Sabar Ayah… ejakulasinya nanti dulu ya…” kata Laras sambil tersenyum mengejek.
Aku makin penasaran. segera aku raih kepala Laras dan aku sodorkan ke penisku, namun Laras mengelak
dengan gesit.
“Eit… sabar dong… Ayah nikmatin aja dulu seperti siang tadi Laras menikmati permainan Ayah… hihihi…”
kata Laras sambil tertawa.
Rupanya dia ingin membalas, ketika tadi siang orgasmenya aku tunda sampai beberapa kali.
Selesai berkata begitu, lidahnya lincah menari menyusuri betis belakangku, lalu lipatan lututku.
Jilatan Laras terus turun ke arah telapak kakiku. Memang, geli dan nikmat rasanya, namun tentu saja
lebih nikmat jika Laras mengisap penisku, bukan betis, lipatan lutut atau telapak kakiku. Kekecewaan
karena ejakulasiku yang tertunda dua kali membuat penisku sedikit mengendur, walapun masih cukup keras
untuk masuk ke vagina Laras. Rupanya Laras tahu kalau penisku jadi sedikit mengendur.
Laras berhenti menjilat telapak kakiku, lalu merangkak menindih tubuhku. Tubuhnya dengan ketat
menghimpit tubuhku. Payudaranya melesak karena menekan dadaku, sedangkan vagina dan klitorisnya
digesek-gesekkan di penisku. Kembali penisku ereksi dengan sempurna. Tegang, keras, dan kekar. Dengan
sekali gerakan pinggulku, ujung penisku sudah menempel di mulut lubang vagina Laras. aku angkat
pantatku agar penisku segera melesak kedalamnya, namun vagina Laras benar-benar sempit, sehingga aku
kesulitan dan gagal memasukan penisku. Nafsuku benar-benar memuncak, ingin segera terpuaskan.
“Ayah… kok enggak sabaran sih…?” kata Laras sambil tertawa ketika aku gagal memasukkan penisku.
“dibilang nanti ya nanti dong… Ayah sabar ya…” katanya lagi
“Laras… ayo dong… Ayah udah nggak tahan, Sayang…” kini aku yang merengek minta segera dipuaskan oleh
Laras.
Laras menjawab permintaanku dengan mengulum putingku. Bibir dan lidahnya kembali menjilat-jilat
dadaku, leherku dan melumat bibirku. Penisku yang sudah hampir meledak terjepit vaginanya. Laras
menggerakkan pantatnya, penisku pun dikocok bibir vaginanya. Bibir vagina dan klitoris Laras yang
basah terasa hangat mengocok, menjepit dan meremas penisku. Aku hampir gila diperlakukan Laras seperti
ini.
“Uh… ssshh…” Laras mendesis sambil menggigit bibir bawahnya sambil memejamkan matanya erat-erat.
Rupanya gesekan penisku di klitoris dan vaginanya telah membuat Laras terangsang hebat dan tak mampu
membendung nafsunya sendiri. Nampak sekali gerakan Laras sudah tak teratur. Akhirnya Laras
mengendurkan pelukannya. Penisku diraihnya lalu dikocok sebentar sebelum dimasukkan ke dalam
vaginanya. Dengan susah payah, akhirnya setengah penisku amblas ke dalam vagina Laras. Laras berusaha
memasukkan semua penisku ke dalam vaginanya dengan menduduki penisku, lalu mengangkat pantatnya dan
menekannya ke bawah.
“Ayaahh… ssshh… aahh” Laras mendesah dan mengerang ketika akhirnya penisku masuk semuanya ke dalam
vaginanya.
Dengan pelan dan lembut Laras bergerak memutar pinggulnya. Putaran dan goyangan laras membuat penisku
terasa dipijat dan diremas. Lalu aku merasakan sesuatu yang belum aku rasakan selama bersetubuh dengan
Laras atau dengan isteriku. Aku merasakan penisku disedot dengan kuat beberapa kali, lalu seperti
dikocok biasa, kemudian disedot lagi beberapa kali, lalu biasa lagi… Aku tatap mata Laras yang
terpejam menikmati persetubuhan yang kami lakukan. Aku merasa melayang. Berkali-kali sedotan vagina
Laras membuatku segera menuju ejakulasi. Aku berusaha menahan, karena Laras saat ini belum meunjukkan
tanda-tanda akan orgasme. Tiba-tiba Laras mencabut penisku dari vaginanya, lalu duduk sambil tangannya
meremas dan mengocok penisku.
“Jangan buru-buru dikeluarin Ayah… Ayah tadi janji sama Laras…”
“Janji apa sayang…” aku benar-benar lupa apa yang suydah aku janjikan kepada Laras.
“Masa lupa Yah…”jawab Laras tanpa memberi penjelasan apa janjiku, Laras mengulurkan kedua tangannya
menyuruh aku bangkit. Setelah aku duduk, Laras membelakangi aku dan nungging.
“Dari belakang Yah… Laras ingin disetubuhi dari belakang”
“Oh… Laras… kamu bukan gadis kelas 3 SMA… kamu benar-benar wanita. Wanita dewasa yang matang dan
selalu ingin mencoba yang baru…” kataku dalam hati.
Tanpa menunggu lebih lama segera aku merangkak mendekati Laras dan memegang pantatnya. Dengan pelan
aku masukkan penisku ke dalam vaginanya. Laras menyambut penisku dengan tidak sabar. Dihentakkannya
pantatnya ke belakang dengan keras dan cepat. Vagina Laras yang sudah sangat basah dan agak melebar
karena terangsang hebat, serta posisi doggy ini membuat penisku tak terlalu sulit memasuki vaginanya.
setelah masuk semuanya Laras memutar pantatnya. Penisku serasa dipilin-pilin, diremas dan dipijat.
“Ahh… Ayaahh….” Laras menjerit. “Nikmat sekali…aahh ssshh”
Aku raih payudara Laras yang bergoyang-goyang karena gerakannya untuk mengocok penisku. Kuremas dan
kupilin putingnya, sambil terus bergerak maju mundur mengocok penisku di dalam vagina Laras. Dengan
posisi doggy ini membuat tulang vagina Laras yang bagian depan mengesek batang penisku bagian bawah.
Nikmat dan nikmat. Itu yang aku rasakan ketika penisku keluar masuk dalam vagina Laras yang bergerak
dan berputar.
Entah kenapa aku yang tadi sudah hampir ejakulasi kini aku merasa sangat segar dan kuat. Tak sedikit
pun tanda-tanda aku akan segera ejakulasi. Mungkin karena dengan posisi doggy ini aku merasa dapat
mengendalikan persetubuhan, bukan dikendalikan oleh Laras, sehingga aku masih mampu bertahan. Apalagi
aku melihat Laras menikmati persetubuhan dengan gaya yang pertama dia lakukan. Aku makin merasa nyaman
dan mampu bertahan untuk tidak ejakulasi dengan cepat.
Dengan mantap dan kencang aku sodokkan penisku ke dalam vagina Laras. tubuh Laras tergundang-guncang
maju mundur karena goyanganku. Kedua tanganku memegang dan pantat Laras. empat jari tangan kanan dan
kiri meremas pantat Laras, sedangkan jempolku aku selipkan di belahan pantatnya, mengorek dan mengelus
anusnya.
“Ayah… nikmat sekali…” kata Laras sambil menoleh ke belakang dan berusaha melihat apa yang aku lakukan
terhadap anusnya.
“Iya… Sayang… Ayah juga merasa nikmat…”
“Jempol ayah… sshh… aahh… Jempol ayah…” Laras mendesiskan kata-kata dengan cepat sambil terengah-
engah.
“Hmmm…? Kenapa… ? Nikmat kan…?”
“Iya… aahh… ssshh…” Laras makin mendesis dengan mata melotot. “Masukin Ayah… Masukin penis Ayah di
anus Laras… Cepat Ayaahh…” Laras berteriak kesetanan.
Rupanya dia ingin melakukan anal seks. Laras benar-benar gadis yang luar biasa di bidang seks. Dia
nampaknya selalu ingin mencoba hal-hal yang baru. Sedangkan aku, ini pertama kali aku melakukan anal
sex. Aku belum pernah memikirkan untuk melakukan anal sex, sementara isteriku juga tak pernah meminta.
Memang kami melakukan hubungan sex dengan berbagai macam gaya, tapi yang namanya anal sex belum pernah
kami coba lakukan. Kami tidak pernah mengeksplor anus waktu melakukan foreplay. Sejenak aku ragu, tapi
Laras kembali meminta untuk melakukan anal sex. Perlahan aku lepaskan penisku dari vagina Laras.
“Kenapa berhenti Ayah…?” tanya Laras “Kalau gitu cepat masukin penis Ayah dalam anus Laras…” kata
Laras sambil meremas dan mengocok vagina serta klitorisnya sendiri.
Aku turun dari tempat tidur untuk mengambil botol lubricant gel yang biasa aku gunakan untuk
bersetubuh dengan isteriku. Karena dia sudah mengalami menopause, lubricant gel ini sangat menolong
untuk membuat vagina isteriku basah. Kelenjar yang mengeluarkan cairan vaginanya tidak produktif lagi.
Kami gunakan lubricant gel agar isteriku tidak kesakitan waktu bersetubuh. Dengan demikian isteriku
dapat menikmati persetubuhan yang kami lakukan.
Kuminta Laras untuk nungging lagi. Perlahan aku elus anus Laras sambil sedikit-demi sedikit aku
masukkan jariku agar otot-otot anusnya mengembang. Aku tahu, Laras akan kesakitan karena anusnya
dimasuki penisku untuk yang pertama kali. Bagaimanapun juga otot anus berbeda elastisitasnya dengan
otot vagina yang lebih mudah melebar saat dimasuki penis. Aku mencim dan menjilat anus Laras dengan
lahap guna memberi rangsangan. Dengan jilatanku, aku berharap Laras akan merasa nikmat sehingga pada
saat aku lakukan penetrasi, Laras tidak akan begitu kesakitan.
“Aahh… aahh… sshh… Ayah… cepat masukin dong…” Laras merintih dan merengek agar aku cepat-cepat
memasukkan penisku.
Rupanya Laras benar-benar penasaran untuk menikmati anal sex.
“Iya Sayang…” jawabku sambil terus menjilat dan mengorek anus Laras dengan lidahku. “Sabar sebentar…
tunggu sampai anus Laras bener-bener siap menerima penis Ayah.”
“Auw… ssshh nikmat. Ayah… masukin sekarang dong…”
Aku tidak mau langsung memasukkan penisku ke dalam vagina Laras. aku tidak ingin dia terlali kesakitan
karena pertama kali melakukan anal sex. Aku meraih botol lubricant gel lalu memasang tabung
aplikatornya. Perlahan aku tusukkan tabung aplikator ke dalam anus Laras sambil menekan botol itu.
“Ups… sshh ya… gitu dong Ayah… penisnya dimasukin”
Laras tidak menyadari kalau yang aku masukkan kedalam anusnya bukan penis melainkan aplikator. Setelah
cukup gel yang masuk ke dalam anus Laras, aku tuang dan aku oleskan pada telunjuk tangan kananku.
Kemudian telunjukku yang basah karena lubricant gel perlahan-lahan aku tusukkan ke dalam anus Laras,
aku tarik sedikit, lalu aku tusukkan lebih dalam lagi.
“Ahh… terusin Yah…”
Dengan perlahan aku kocok jariku di anus Laras, sementara tanganku yang lain meremas vagina Laras.
Klitorisnya aku pilin-pilin dan pencet dengan lembut dengan jempolku, sedangkan dua jariku memasuki
lubang vaginanya lalu bergerak keluar masuk di dalam vaginanya. Dua lubang sumber kenikmatan seksual
Laras aku korek, aku tusuk-tusuk. Pantatnya aku jilat dan aku gigit-gigit pelan. Laras terus merintih
dan mendesah menikmati setiap remasan, kocokan dan gigitanku. Anus Laras sudah siap sekarang, karena
jariku dengan leluasa dapat keluar masuk memompa anusnya. Perlahan penisku yang sudah sangat keras dan
tegang aku tempelkan di pantatnya. Jariku terus mempompa anus dan vaginanya.
“Kok belum masuk sih…? Tadi yang masuk apa dong Yah…” tanya Laras setelah tahu penisku belum menyentyh
anusnya
Perlahan telunjuk kananku aku lepas dari anus Laras. Kembali aku tuang lubricant gel lalu aku oleskan
di penisku. Perlahan penisku aku coba masukkan ke dalam anusnya. Susah sekali memasukkan penisku,
walaupun lubrikan gel cukup membantu. Laras mengerti kesulitanku lalu menoleh ke belakang.
“Sshh… Aahh… Susah masuknya ya Yah?” tanya Laras lalu dia merendahkan bahunya dan membuka lebar-lebar
pahanya sehingga posisinya semakin nungging, pantatnya dan anus membuka lebih lebar.
“Sabar ya Sayang…” kataku. “Agak sakit nanti pada awalnya”
“Iya… Yah… nanti pasti sakit, tapi sesudah itu jadi nikmat” kata Laras sambil tersenyum.
Aku paksa penisku agar bisa masuk ke dalam anus Laras dengan mendorongnya kuat-kuat.
“Auw…” Laras menjerit kesakitan saat seperempat bagian penisku berhasil memasuki lubang anusnya.
“Sakit sekali Yah…”
Aku berhenti sejenak untuk membiarkan otot anusnya melebar secara alami agar tidak terlalu menyakitkan
bagi Laras.
“Kenapa berhenti Ayah…?” tanya Laras sambil menggoyangkan pantatnya.
“Supaya Laras tidak kesakitan…” jawabku.
“Terusin dong yah…” kata Laras lalu mendorong mundur sehingga penisku tertekan dan melesak beberapa
senti lagi ke dalam anusnya. Akibatnya sungguh luar biasa bagiku.
Pantat Laras yang berputar membuat penisku serasa dijepit dengan ketat oleh benda yang kenyal sambil
diremas-remas. Nikmat. Sungguh nikmat!
“Aahh…” kami mengerang hampir bersamaan.
“Sakit Sayang?” tanyaku mendengar Laras merintih
“Sakit sedikit … tapi nikmat sekali, Ayah” kata Laras. Kemudian Laras dengan semangat menggoyangkan
pantatnya.
Mendengar desahan dan erangan Laras yang dapat merasakan nikmat saat penisku bergoyang karena gerakan
pantatnya, aku tarik penisku keluar sedikit lalu aku masukkan lagi dengan pelan tapi mantap. Setelah
tiga empat kali penisku keluar masuk, aku tekan dengan sedikit keras sehingga penisku melesak
sepenuhnya ke dalam anus Laras.
“Auw…” Laras kembali menjerit
“Sakit Sayang…?”
“Enggak…” kata Laras sambil dengan semangat dia memutar pantatnya mengimbangi gerakan maju mundur yang
aku lakukan. “Ahh… Nikmat sekali Ayah… sshh… aahh… sshh…”
Aku membungkuk untuk meraih klitoris Laras lalu memilin dengan dua jariku, sementara tanganku yang
lain meremas-remas payudaranya. Kami mengerang bersahut-sahutan. Belum lima menit, tubuh Laras
mengejang sambil mengerang keras.

“Ayaahh… auw… aahh…” teriakan Laras mengagetkan aku. Laras meliukkan badannya, pantatnya disodok-
sodokkan ke belakang dengan keras dan cepat.
“Kenapa Sayang…?” aku bertanya karena mengira dia kesakitan.
“Laras…aahh…ssshh… Laras orgasme lagi….”
Aku tak menduga Laras sudah orgasme. Rupanya benar informasi yang aku baca, anal sex lebih nikmat,
baik bagi perempuan maupun laki-laki. Dengan anal sex, penis terjepit lebih kencang sedangkan bagi
wanita, sodokan penis di dalam anus dapat dengan mudah mendorong otot-otot usus besar menekan G-spot.
Itu sebabnya kenikmatan yang ditimbulkan luar biasa. Demikian pula Laras. Hari pertama melakukan
persetubuhan disertai dengan anal sex.
Hal ini rupanya yang menyebabkan Laras dengan mudah memperoleh puncak kenikmatan. Laras ambruk
tersungkur di atas tempat tidur sehingga penisku terlepas dari anusnya. Sebenarnya aku juga hampir
ejakulasi, kalau saja Laras dapat bertahan lebih lama sedikit lagi. Laras membalik tubuhnya hingga
terlentang, nafasnya memburu terengah-engah sedangkan matanya terpejam.
“Nikmat sekali Ayah…” katanya lalu diam tidak bergerak sampai beberapa saat.
“Ayah-bener-bener hebat…” katanya lagi.

Related Posts:

cerita sex teman main ku

Suatu hari aku ke Jakarta. Ketika aku sampai ke rumah kakakku, aku melihat ada tamu, rupanya ia adalah teman kuliah kakakku waktu dulu. Aku dikenalkan kakakku kepadanya. Rupanya ia sangat ramah kepadaku. Usianya 40 tahun dan sebut saja namanya Firman. Ia pun mengundangku untuk main ke rumahnya dan dikenalkan pada anak-istrinya. Istrinya, Dian, 7 tahun lebih muda darinya, dan putrinya, Rina, duduk di kelas 2 SMP.



Kalau aku ke Jakarta aku sering main ke rumahnya. Dan pada hari Senin, aku ditugaskan oleh Firman untuk menjaga putri dan rumahnya karena ia akan pergi ke Malang, ke rumah sakit untuk menjenguk saudara istrinya. Menurutnya sakit demam berdarah dan dirawat selama 3 hari. oleh karena itu ia minta cuti di kantornya selama 1 minggu. Ia berangkat sama istrinya, sedangkan anaknya tidak ikut karena sekolah.
Setelah 3 hari di rumahnya, suatu kali aku pulang dari rumah kakakku, karena aku tidak ada kesibukan apapun dan aku pun menuju rumah Firman. Aku pun bersantai dan kemudian menyalakan VCD. Selesai satu film. Saat melihat rak, di bagian bawahnya kulihat beberapa VCD porno. Karena memang sendirian, aku pun menontonnya. Sebelum habis satu film, tiba-tiba terdengar pintu depan dibuka. Aku pun tergopoh-gopoh mematikan televisi dan menaruh pembungkus VCD di bawah karpet.
Hallo, Oom Ryan..!” Rina yang baru masuk tersenyum.
“Eh, tolong dong bayarin Bajaj.. uang Rina sepuluh-ribuan, abangnya nggak ada kembalinya.”
Aku tersenyum mengangguk dan keluar membayarkan Bajaj yang cuma dua ribu rupiah.
Saat aku masuk kembali.., pucatlah wajahku! Rina duduk di karpet di depan televisi, dan menyalakan kembali video porno yang sedang setengah jalan. Mia memandang kepadaku dan tertawa geli.
“Ih! Oom Ryan! Begitu, tho, caranya..? Rina sering diceritain temen-temen di sekolah, tapi belon pernah liat.”
Gugup aku menjawab, “Rina.. kamu nggak boleh nonton itu! Kamu belum cukup umur! Ayo, matiin.”
“Aahh, Oom Ryan. Jangan gitu, dong! Tu, liat.. cuma begitu aja! Gambar yang dibawa temen Rina di sekolah lebih serem.”
Tak tahu lagi apa yang harus kukatakan, dan khawatir kalau kularang Rina justru akan lapor pada orangtuanya, aku pun ke dapur membuat minum dan membiarkan Rina terus menonton. Dari dapur aku duduk-duduk di beranda belakang membaca majalah.
Sekitar jam 7 malam, aku keluar dan membeli makanan. Sekembalinya, di dalam rumah kulihat Rina sedang tengkurap di sofa mengerjakan PR, dan.. astaga! Ia mengenakan daster yang pendek dan tipis. Tubuh mudanya yang sudah mulai matang terbayang jelas. Paha dan betisnya terlihat putih mulus, dan pantatnya membulat indah. Aku menelan ludah dan terus masuk menyiapkan makanan.
Setelah makanan siap, aku memanggil Rina. Dan.., sekali lagi astaga.. jelas ia tidak memakai BH, karena puting susunya yang menjulang membayang di dasternya. Aku semakin gelisah karena penisku yang tadi sudah mulai “bergerak”, sekarang benar-benar menegak dan mengganjal di celanaku.
Selesai makan, saat mencuci piring berdua di dapur, kami berdiri bersampingan, dan dari celah di dasternya, buah dadanya yang indah mengintip. Saat ia membungkuk, puting susunya yang merah muda kelihatan dari celah itu. Aku semakin gelisah. Selesai mencuci piring, kami berdua duduk di sofa di ruang keluarga.
“Oom, ayo tebak. Hitam, kecil, keringetan, apaan..!”
“Ah, gampang! Semut lagi push-up! Khan ada di tutup botol Fanta! Gantian.. putih-biru-putih, kecil, keringetan, apa..?”
Mia mengernyit dan memberi beberapa tebakan yang semua kusalahkan.
“Yang bener.. Rina pakai seragam sekolah, kepanasan di Bajaj..!”
“Aahh.. Oom Ryan ngeledek..!”
Mia meloncat dari sofa dan berusaha mencubiti lenganku. Aku menghindar dan menangkis, tapi ia terus menyerang sambil tertawa, dan.. tersandung!
Ia jatuh ke dalam pelukanku, membelakangiku. Lenganku merangkul dadanya, dan ia duduk tepat di atas batang kelelakianku! Kami terengah-engah dalam posisi itu. Bau bedak bayi dari kulitnya dan bau shampo rambutnya membuatku makin terangsang. Dan aku pun mulai menciumi lehernya. Rina mendongakkan kepala sambil memejamkan mata, dan tanganku pun mulai meremas kedua buah dadanya.
Nafas Rina makin terengah, dan tanganku pun masuk ke antara dua pahanya. Celana dalamnya sudah basah, dan jariku mengelus belahan yang membayang.
“Uuuhh.. mmhh..” Rina menggelinjang.
Kesadaranku yang tinggal sedikit seolah memperingatkan bahwa yang sedang kucumbu adalah seorang gadis SMP, tapi gariahku sudah sampai ke ubun-ubun dan aku pun menarik lepas dasternya dari atas kepalanya.
Aahh..! Rina menelentang di sofa dengan tubuh hampir polos!
Aku segera mengulum puting susunya yang merah muda, berganti-ganti kiri dan kanan hingga dadanya basah mengkilap oleh ludahku. Tangan Rina yang mengelus belakang kepalaku dan erangannya yang tersendat membuatku makin tak sabar. Aku menarik lepas celana dalamnya, dan.. nampaklah bukit kemaluannya yang baru ditumbuhi rambut jarang. Bulu yang sedikit itu sudah nampak mengkilap oleh cairan kemaluan Rina. Aku pun segera membenamkan kepalaku ke tengah kedua pahanya.
“Ehh.. mmaahh..,” tangan Rina meremas sofa dan pinggulnya menggeletar ketika bibir kemaluannya kucium.
Sesekali lidahku berpindah ke perutnya dan mengemut perlahan.
“Ooohh.. aduuhh..,” Rina mengangkat punggungnya ketika lidahku menyelinap di antara belahan kemaluannya yang masih begitu rapat.
Lidahku bergerak dari atas ke bawah dan bibir kemaluannya mulai membuka. Sesekali lidahku akan membelai kelentitnya dan tubuh Rina akan terlonjak dan nafas Rina seakan tersedak. Tanganku naik ke dadanya dan meremas kedua bukit dadanya. Putingnya sedikit membesar dan mengeras.
Ketika aku berhenti menjilat dan mengulum, Rina tergeletak terengah-engah, matanya terpejam. Tergesa aku membuka semua pakaianku, dan kemaluanku yang tegak teracung ke langit-langit, kubelai-belaikan di pipi Rina.
“Mmmhh.. mmhh.. oohhmm..,” ketika Rina membuka bibirnya, kujejalkan kepala kemaluanku.
Mungkin film tadi masih diingatnya, jadi ia pun mulai menyedot. Tanganku berganti-ganti meremas dadanya dan membelai kemaluannya.
Segera saja kemaluanku basah dan mengkilap. Tak tahan lagi, aku pun naik ke atas tubuh Rina dan bibirku melumat bibirnya. Aroma kemaluanku ada di mulut Rina dan aroma kemaluan Rina di mulutku, bertukar saat lidah kami saling membelit.
Dengan tangan, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku ke celah di selangkangan Rina, dan sebentar kemudian kurasakan tangan Rina menekan pantatku dari belakang.
“Ohhmm, mam.. msuk.. hh.. msukin.. Omm.. hh.. ehekmm..”
Perlahan kemaluanku mulai menempel di bibir liang kemaluannya, dan Rina semakin mendesah-desah. Segera saja kepala kemaluanku kutekan, tetapi gagal saja karena tertahan sesuatu yang kenyal. Aku pun berpikir, apakah lubang sekecil ini akan dapat menampung kemaluanku yang besar ini. Terus terang saja, ukuran kemaluanku adalah panjang 15 cm, lebarnya 4,5 cm sedangkan Rina masih SMP dan ukuran lubang kemaluannya terlalu kecil.
Tetapi dengan dorongan nafsu yang besar, aku pun berusaha. Akhirnya usahaku pun berhasil. Dengan satu sentakan, tembuslah halangan itu. Rina memekik kecil, dahinya mengernyit menahan sakit. Kuku-kuku tangannya mencengkeram kulit punggungku. Aku menekan lagi, dan terasa ujung kemaluanku membentur dasar padahal baru 3/4 kemaluanku yang masuk. Lalu aku diam tidak bergerak, membiarkan otot-otot kemaluan Rina terbiasa dengan benda yang ada di dalamnya.
Sebentar kemudian kernyit di dahi Rina menghilang, dan aku pun mulai menarik dan menekankan pinggulku. Rina mengernyit lagi, tapi lama kelamaan mulutnya menceracau.
“Aduhh.. sshh.. iya.. terusshh.. mmhh.. aduhh.. enak.. Oomm..”
Aku merangkulkan kedua lenganku ke punggung Rina, lalu membalikkan kedua tubuh kami hingga Rina sekarang duduk di atas pinggulku. Nampak 3/4 kemaluanku menancap di kemaluannya. Tanpa perlu diajarkan, Rina segera menggerakkan pinggulnya, sementara jari-jariku berganti-ganti meremas dan menggosok dada, kelentit dan pinggulnya, dan kami pun berlomba mencapai puncak.
Lewat beberapa waktu, gerakan pinggul Rina makin menggila dan ia pun membungkukkan tubuhnya dan bibir kami berlumatan. Tangannya menjambak rambutku, dan akhirnya pinggulnya menyentak berhenti. Terasa cairan hangat membalur seluruh batang kemaluanku.
Setelah tubuh Rina melemas, aku mendorong ia telentang. Dan sambil menindihnya, aku mengejar puncakku sendiri. Ketika aku mencapai klimaks, Rina tentu merasakan siraman air maniku di liangnya, dan ia pun mengeluh lemas dan merasakan orgasmenya yang ke dua.
Sekian lama kami diam terengah-engah, dan tubuh kami yang basah kuyup dengan keringat masih saling bergerak bergesekan, merasakan sisa-sisa kenikmatan orgasme.
“Aduh, Oom.. Rina lemes. Tapi enak banget.”

Aku hanya tersenyum sambil membelai rambutnya yang halus. Satu tanganku lagi ada di pinggulnya dan meremas-remas. Kupikir tubuhku yang lelah sudah terpuaskan, tapi segera kurasakan kemaluanku yang telah melemas bangkit kembali dijepit liang vagina Rina yang masih amat kencang.
Aku segera membawanya ke kamar mandi, membersihkan tubuh kami berdua dan.. kembali ke kamar melanjutkan babak berikutnya. Sepanjang malam aku mencapai tiga kali lagi orgasme, dan Rina.. entah berapa kali. Begitupun di saat bangun pagi, sekali lagi kami bergumul penuh kenikmatan sebelum akhirnya Rina kupaksa memakai seragam, sarapan dan berangkat ke sekolah.
Kembali ke rumah Firman, aku masuk ke kamar tidur tamu dan segera pulas kelelahan. Di tengah tidurku aku bermimpi seolah Rina pulang sekolah, masuk ke kamar dan membuka bajunya, lalu menarik lepas celanaku dan mengulum kemaluanku. Tapi segera saja aku sadar bahwa itu bukan mimpi, dan aku memandangi rambutnya yang tergerai yang bergerak-gerak mengikuti kepalanya yang naik-turun. Aku melihat keluar kamar dan kelihatan VCD menyala, dengan film yang kemarin. Ah! Merasakan caranya memberiku “blowjob”, aku tahu bahwa ia baru saja belajar dari VCD.

Related Posts:

Pandangan pertama yang mengesankan

Melika adalah sosok wanita yang aku kenal baru saja namun aku langsung terpukau dengan
kecantikan wajahnya. Selain cantik Melika juga dikenal sebagai wanita yang ramah dan mudah
bergaul, jadi Melika mempunyai banyak teman. Namun temannya sebagian besar adalah laki-
laki. Melika sendiri denganku juga sangat akrab sekali meskipun belum lama mengenalku. Dan
aku pun sedikit merasa suka dengan kecantikan Melika




Melika selain cantik dia juga memiliki tubuh yang sangat ideal untuk seorang cewek. Tingginya 168cm dengan berat badan
57kg sehingga badannya terlihat langsing. Tubuh Melika juga dihiasi dengan dua buah
payudaranya yang gak begitu besar namun padat serta kebulatan pantat Melika membuat para
lelaki selalu melongok ketika melihatnya.
Semakin lama aku semakin dekat dengan Melika, namun sayangnya Melika adalah kekasih
temanku yang namanya Hadi dan sebentar lagi mau bertunangan. Namun meskipun Melika sudah
mau tunangan, Melika tetap akrab dengan teman-teman cowoknya termasuk aku. Dan rasa sukaku
kepada Melika tak pernah hilang. Ku selalu berharap agar hubungan Melika segera kandas dan
tidak jadi menikah. Harapanku suka kepada Melika sHadikit menemui jalan, karena sekarang
aku semakin dekat dengan Melika akibat JOB yang kita kerjakan bersama.
JOB yang kita kerjakan bersama membuat aku selalu bersama Melika dan mendapatkan momen
berdua dengan Melika. Dan aku pun sHadikit demi sHadikit menunjukan rasa sukaku kepada
Melika, dan ternyta Melika pun juga menanggapi rasaku dengan sua juga. Sampailah suatu
hari aku melihat Melika sedang duduk dan aku lihat Melika sedang memandangi HP nya secara
serius. Itu membuatku penasaran dan aku langsung menuju ketempat Melika duduk dengan
mengendap-endap karena aku ingin tau apa yang dilihat oleh Melika. Dan ternyata Melika
sedang membaca cerita Sex dislah satu blog. Dan aku pun langsung mengagetkan Melika
“Oooowhh…kamu suka baca begituan ya??” tanyaku mengagetkan Melika. Dengan sekejap Melika
langsung menutup HP nya dan “Kamu kok tiba-tiba disini, emang kamu dar mana, kok aku gak
tau kedatanganmu Fand??” tanya Melika dengan terkejut.
“Udah deeeh gak usah malu-malu, lanjutin aja bacanya” ujarku. “Enggak aahh ada kamu” balas
Melika. “Gak papa kok, kadang aku juga suka baca yang begituan kok” ucapku. “Aaahhh kamu
ternyata sama aja Fand..Fande…” kata Melika. Emang kalau baca aja, nanti kalau sudah sange
kamu ngapain Mel??” tanyaku. “Ya gak ngapa-ngapain to Fand, ya mau ngapain lagi” jawab
Melika. “Aaaahhh yang bener, cewek kalau sange kan biasanya minta diEntot Mel??” cetusku
sambil mendekatkan tubuhku kepada Melika. “Iyhaa bener juga siiih kata kamu Fand” jawab
Melika sambil tertawa. Dan kemudian Melika mengatakan sesuatu yang sangat mengagetkan
hatiku.
“Kamu udah punya pacar Fand..?” tanya Melika.
“Eh, belom.. nggak laku Mel.. mana ada yang mau sama Aku..?” jawabku sHadikit berbohong.
“Ah bohong Kamu Fand..!” ucap Melika sambil mencubit lenganku. Seerr..! Tiba- tiba aliran
darahku seperti melaju dengan cepat, otomatis adikku berdiri perlahan- lahan, aku jadi
salah tingkah. Sepertinya si Melika melihat perubahan yang terjadi pada diriku, aku
langsung pura-pura mau mengambil minum lagi, karena memang minumanku sudah habis, tetapi
dia langsung menarik tanganku.
“Ada apa Mel..? Minumannya sudah habis juga..?” katak u pura-pura bodoh.
“Fand, Kamu mau nolongin Aku..?” ucap Melika seperti memelas.
“Iyaa.., ada apa Mel..?” jawabku.
“Aku.., Aku.. pengen bercinta Fand..?” pinta Melika. “Hah..!” kaget juga aku mendengarnya,
bagai petir di siang hari, bayangkan saja, baru juga satu jam yang lalu kami berkenalan,
tetapi dia sudah mengucapkan hal seperti itu kepadaku.
“Ka.., Kamu..?” ujarku terbata-bata. Belum juga kusempat meneruskan kata- kataku,
telunjuknya langsung ditempelkan ke bibirku, kemudian dia membelai pipiku, kemudian dengan
lembut dia juga mencium bibirku.
Aku hanya bisa diam saja mendapat perlakuan seperti itu. Walaupun ini mungkin bukan yang
pertama kalinya bagiku, namun kalau yang seperti ini aku baru yang pertama kalinya
merasakan dengan orang yang baru kukenal. Begitu lembut dia mencium bibirku, kemudian dia
berbisik kepadaku.
“Aku pengen bercinta sama Kamu, Fand..! Puasin Aku Fand..!” Lalu dia mulai mencium
telinganku, kemudian leherku, “Aahh..!” aku mendesah.
Mendapat perlakuan seperti itu, gejolakku akhirnya bangkit juga. Begitu lembut sekali dia
mencium sekitar leherku, kemudian dia kembali mencium bibirku, dijulurkan lidahnya
menjalari rongga mulutku. Akhirnya ciumannya kubalas juga, gelombang nafasnya mulai tidak
beraturan. Cukup lama juga kami berciuman, kemudian kulepaskan ciumannya, kemudian kujilat
telinganya, dan menelusuri lehernya yang putih bak pualam. Ia mendesah kenikmatan.
“Aahh Fand..!” Mendengar desahannya, aku semakin bernafsu, tanganku mulai menjalar ke
belakang, ke dalam t- shirt-nya. Kemudian kuarahkan menuju ke pengait BH-nya, dengan
sekali sentakan, pengait itu terlepas.
Kemudian aku mencium bibirnya lagi, kali ini ciumannya sudah mulai agak beringas, mungkin
karena nafsu yang sudah mencapai ubun- ubun, lidahku disedotnya sampai terasa sakit,
tetapi sakitnya sakit nikmat.
“Fand.., buka dong bajunya..!” katanya manja.
“Bukain dong Mel.., ” kataku. Sambil menciumiku,
Melika membuka satu persatu kancing kemeja, kemudian kaos dalamku, kemudian dia lemparkan
ke samping tempat tidur. Dia langsung mencium leherku, terus ke arah puting susuku. Aku
hanya bisa mendesah karena nikmatnya,
“Akhh.., Mel.” Kemudian Melika mulai membuka sabukku dan celanaku dibukanya juga. Akhirnya
tinggal celana dalam saja. Dia tersenyum ketika melihat kepala kemaluanku off set alias
menyembul ke atas.
Melika melihat wajahku sebentar, kemudian dia cium kepala kemaluanku yang menyembul keluar
itu. Dengan perlahan dia turunkan celana dalamku, kemudian dia lemparkan seenaknya. Dengan
penuh nafsu dia mulai menjilati cairang bening yang keluar dari kemaluanku, rasanya nikmat
sekali. Setelah puas menjilati, kemudian dia mulai memasukkan kemaluanku ke dalam
mulutnya. “Okhh.. nikmat sekali, ” kataku dalam hati, sepertinya kemaluanku terasa
disedot-sedot.
Melika sangat menikmatinya, sekali- sekali dia gigit kemaluanku. “Auwww.., sakit dong
Mel..!” kataku sambil agak meringis. Melika seperti tidak mendengar ucapanku, dia masih
tetap saja memaju- mundurkan kepalanya. Mendapat perlakuannya, akhirnya aku tidak kuat
juga, aku sudah tidak kuat lagi menahannya, “Mel, Aku mau keluar.. akhh..!” Melika cuek
saja, dia malah menyedot batang kemaluanku lebih keras lagi, hingga akhirnya,
“Croott.. croott..!” Aku menyemburkan lahar panasku ke dalam mulut Melika. Dia menelan
semua cairan spermaku, terasa agak ngilu juga tetapi nikmat. Setelah cairannya benar-benar
bersih, Melika kemudian berdiri, kemudian dia membuka semua pakaiannya, sampai akhirnya
dia telanjang bulat.
Kemudian dia menghampiriku, menciumi bibirku. “Puasin Aku Fand..!” katanya sambil memeluk
tubuhku, kemudian dia menuju tempat tidur. Sampai disana dia tidur telentang. Aku lalu
mendekatinya, tubuhnya yang elok, kuciumi bibirnya, kemudian kujilati belakang telinga
kirinya. Dia mendesah keenakan, “Aahh..!” Mendengar desahannya, aku tambah bernafsu,
kemudian lidahku mulai menjalar ke payudaranya.
Kujilati putingnya yang sebelah kiri, sedangkan tangan kananku meremas payudaranya yang
sebelah kiri, sambil kadang kupelintir putingnya. “Okkhh..! Fandi sayang, terus Fand..!
Okhh..!” desahnya mulai tidak menentu. Puas dengan bukit kembarnya, badanku kugeser,
kemudian kujilati pusarnya, jilatanku makin turun ke bawah. Kujilati sekitar pangkal
pahanya, Melika mulai melenguh hebat, tangan kananku mulai mengelus bukit kemaluannya,
lalu kumasukkan, mencari sesuatu yang mungkin kata orang itu adalah klitoris.
Melika semakin melenguh hebat, dia menggelinjang bak ikan yang kehabisan air. Kemudian aku
mulai menjilati bibir kemaluannya, kukuakkan sHadikit bibir kemaluannya, terlihat jelas
sekali apa yang namanya klitoris, dengan agak sHadikit menahan nafas, kusedot klitorisnya.
“Aakkhh.. Fand.., ” Melika menjerit agak keras, rupanya dia sudah orgasme, karena aku
merasakan cairan yang menyemprot hidungku, kaget juga aku. Mungkin ini pengalaman
pertamaku menjilati kemaluan wanita, karena sebelumnya aku tidak pernah. Aku masih saja
menjilati dan menyedot klitorisnya. “Fand..! Masukin Fand..! Masukin..!” pinta dia dengan
wajah memerah menahan nafsu. Aku yang dari tadi memang sudah menahan nafsu, lalu bangkit
dan mengarahkan senjataku ke mulut kemaluannya, kugesek-gesekkan dulu di sekitar bibir
kemaluannya.
“Udah dong Fand..! Cepet masukin..!” katanya manja. “Hmm.., rupanya ni cewek nggak sabaran
banget.” kataku dalam hati. Kemudian kutarik tubuhnya ke bawah, sehingga kakinya menjuntai
ke lantai, terlihat kemaluannya yang menyembul. Pahanya kulebarkan sHadikit, kemudian
kuarahkan kemaluanku ke arah liang senggama yang merah merekah.
Perlahan tapi pasti kudorong tubuhku. “Bless..!” akhirnya kemaluanku terbenam di dalam
liang kemaluan Indri. “Aaakkhh Fand..!” desah Melika. Kaget juga dia karena sentakan
kemaluanku yang langsung menerobos kemaluan Melika. Aku mulai mengerakkan tubuhku, makin
lama makin cepat, kadang- kadang sambil meremas- remas kedua bukit kembarnya. Kemudian
kubungkukkan badanku, lalu kuhisap puting susunya.
“Aakkhh.., teruss.., Sayangg..! Teruss..!” erang Melika sambil tangannya memegang kedua
pipiku. Aku masih saja menggejot tubuhku, tiba- tiba tubuh Melika mengejang,
“Aaakkhh…!” Ternyata Melika sudah mencapai puncaknya duluan. “Aku udah keluar duluan
Sayang..!” kata Melika. “Aku masih lama Mel.., ” kataku sambil masih menggenjot tubuhku.
Kemudian kuangkat tubuh Melika ke tengah tempat tidur, secara spontan, kaki Melika
melingkar di pinggangku.
Aku menggenjot tubuhku, diikuti goyangan pantat Melika. “Aakkhh Mel.., punya Kamu enak
sekali.” kataku memuji, Melika hanya tersenyum saja. Aku juga heran, kenapa aku bisa lama
juga keluarnya. Tubuh kami berdua sudah basah oleh keringat, kami masih mengayuh bersama
menuju puncak kenikmatan. Akhirnya aku tidak kuat juga menahan kenikmatan ini.
“Aahh Mel.., Aku hampir keluar.., ” kataku agak terbata-bata.
“Aku juga Fand..! Kita keluarin sama- sama ya Sayang..!” kata Melika sambil menggoyang
pantatnya yang bahenol itu.

Goyangan pantat Melika semakin liar. Aku pun tidak kalah sama halnya dengan Melika,
frekuensi genjotanku makin kupercepat, sampai pada akhirnya,
“Aaakkhh…!” jerit Melika sambil menancapkan kukunya ke pundakku.
“Aakhh, Melika.., Aku sayang Kamuu..!” erangku sambil mendekap tubuh Melika. Kami terdiam
beberap saat, dengan nafas yang tersenggal-senggal seperti pelari marathon.
“Kamu hebat sekali Fand..!” puji Melika.
“Kamu juga Mel..!” pujiku juga setelah agak lama kami berpelukan. Kemudian kami cepat-
cepat memakai pakain kami kembali karena takut adik tunangannya Melika keburu datang.

Related Posts:

CERITA SEX ISTRI TETANGGA

Susi adalah seorang tetangga ramah, dalam cerita seks ini Susi digambarkan sebagai sosok ibu muda yang baik, sopan dan ramah, tapi siapa sangka nafsu besar yang dimiliki Susi ternyata tertutup oleh keramahannya. Setelah sebelumnya cerita tentang istriku tukang selingkuh, berikut tentang perselingkuhan seorang ibu muda.


Kejadian ini terjadi sekitar satu bulan yang lalu. Waktu itu saya beserta dua orang teman kantor sedang makan siang di sebuah restoran di bilangan Kemang. Ketika saya hendak membayar makanan, saya mengantri di belakang seorang wanita cantik yang sedang menggendong anak kecil. Karena agak lama, saya menegurnya. Ketika ia menengok ke arah saya, saya sangat kaget, ternyata ia adalah Susi.
Nah, Susi ini adalah istri tetangga saya di komplek rumah saya. “Eh, Mas Vito. Lagi ngapain Mas..?” tanyanya. “Anu, saya sedang makan siang. Kamu sama siapa Mir..? Andre ndak ikut..?” “Enggak Mas, dia lagi tugas luar kota. Saya lagi beli makanan, sekalian buat nanti malam. Soalnya si Ijah lagi pulang kampung juga. Ya sudah, saya keluar aja bareng Vina (anaknya-pen).” “Kamu bawa mobil..?” tanya saya. “Enggak tuh Mas, mobilnya dibawa Mas Andre ke Lampung.” “Oo, mau pulang bareng..? Kebetulan saya juga mau langsung pulang, tadi habis tugas lapangan.” “Ya sudah nggak apa-apa.” Singkat cerita, saya dan kedua teman saya langsung pulang ke rumah masing-masing. Sementara saya, Susi dan Vina pulang bersama di mobil saya. Sesampainya di rumah Susi yang hanya berjarak 4 rumah dari saya, Susi mengajak mampir, tapi saya bilang mau pulang dulu, ganti baju dan menaruh mobil. Karena Jenny, istri saya, sedang pergi ke rumah orangtuanya, saya langsung saja pergi ke rumah Susi dengan memakai celana pendek dan kaos. Ternyata, rumah Susi tertata cukup apik. Ketika saya masuk, si Susi hanya memakai piyama mandi. “Saya ganti baju dulu ya Mas, gerah nih,” katanya sambil tersenyum. “Oo.., iya, si Vina mana..?” tanya saya sambil terpesona melihat kecantikan dan kemulusan body si Susi. “Anu Mas, dia langsung tidur pas sampai di rumah tadi, kasihan dia capek, saya ke kamar dulu ya Mas..!” “Eh, iya, jangan lama-lama ya,” kata saya.
Ketika Susi masuk ke dalam kamar, dia (entah sengaja atau tidak) tidak rapat menutup pintu kamarnya. Merasa ada kesempatan, saya mencoba mengintip. Memang lagi mujur, ternyata di lurusan celah pintu itu, ada kaca lemari riasnya. Wow, untuk ukuran wanita yang telah mempunyai anak berumur 3 tahun, si Susi ini masih punya bentuk tubuh yang bagus dan indah. Dengan ukuran 34B dan selangkangan yang dicukur, dia langsung membuat “adik kecil” saya berontak dan bangun. Dan yang menambah kaget saya, sebelum memakai daster yang hanya selutut, ia hanya memakai celana dalam jenis G-string dan tidak mengenakan BH. Sebelum ia berjalan ke luar kamar, saya langsung lari ke sofa dan pura-pura membaca koran. “Eh, maaf ya Mas kelamaan.” kata Susi sambil duduk setelah sepertinya berusaha untuk membetulkan letak tali celana dalamnya yang menyempil. “Ndak apa-apa kok, saya juga lagi baca koran. Memangnya Andre berapa hari tugas luar kota..?” tanya saya yang juga ‘sibuk’ membetulkan letak si ‘kecil’ yang salah orbit. Sambil tersenyum penuh arti, Susi menjawab, “3 hari Mas, baru berangkat tadi pagi. Ngomong-ngomong saya juga sudah 2 hari ini nggak liat Mbak Jenny, kemana ya Mas..?” “Dia ke rumah orangtuanya. Seminggu. Bapaknya sakit.” jawab saya. “Wah, kesepian dong..?” tanya Susi menggoda saya.Cerita Sex Terbaru
Merasa hal ini harus saya manfaatkan, saya jawab saja sekenanya, “Iya nih, mana seminggu lagi, ndak ada yang nemenin. Kamu mau nemenin saya emangnya..?” “Wah tawaran yang menarik tuh..,” jawab Susi sambil tersenyum lagi, “Emangnya Mas mau saya temenin..? Saya kan ada si Vina, nanti ganggu Mas lagi. Mas Vito kan belum punya anak, jadinya santai.” “Ndak apa-apa, eh iya, saya mau tanya, kamu ini umur berapa sih? Kok keliatannya masih muda ya..?” sambil menggeser posisi duduk saya supaya lebih dekat ke Susi. “Saya baru 27 kok Mas, saya married waktu 23, pas baru lulus kuliah. Saya diajak married Mas Andre itu pas dia sudah bekerja 3 tahun. Gitu Mas, memang kenapa sih..?” “Ndak, saya kok penasaran ya. Kamu sudah punya anak umur 3 tahun, tapi kok badan kamu masih bagus banget, kayak anak umur 20-an gitu.” kata saya. “Yah, saya berusaha jaga badan aja Mas. Biar laki-laki yang ngeliat saya pada ngiler,” katanya sambil tersenyum. “Wah, kamu ini bisa saja, tapi memang iya sih ya, saya kok juga jadi mau ngiler nih.” “Nah kan, mulai macem-macem ya, nanti saya jewer lho..!” “Kalo saya macem-macem beneran, emangnya kamu mau jewer apa saya..?” tanya saya sambil terus melakukan penetrasi dari sayap kanan Susi.
Merasa saya melakukan pendekatan, Susi kok ya mengerti. Sambil menghadap ke wajah saya, dia bilang, “Wah, kalo beneran, saya mau jewer ‘burungnya’-nya Mas Vito, biar putus sekalian.” “Memangnya kamu berani..?” tanya saya, “Dan lagi saya juga bisa mbales,” “Saya berani lho Mas..!” sambil beneran memegang ‘burung’ saya yang memang sudah minta dipegang, “Terus Mas Vito mbalesnya gimana..?” “Nanti saya remes-remes lho toketmu..!” jawab saya sambil beneran juga melakukan serangan pada bagian dada. Karena merasa masing-masing sudah memegang ‘barang’, kami tidak bicara banyak lagi. Saya langsung mengulum bibir Susi yang memang lembut sekali dan basah serta penuh gairah. Dan tampaknya, Susi yang sudah setengah jalan, langsung memasukkan tangannya ke dalam celana saya, tepat memegang ‘burung’ saya yang maha besar itu (kata istri saya sih). “Mas Vito, kon**lnya gede banget.” kata Susi sambil terengah-engah. “Sudah, nikmati aja. Kalo mau diisep juga boleh..!” kata saya.
Dan tanpa banyak bicara, Susi langsung membuka 2 pertahanan bawah saya. Dengan seenaknya ia melempar celana pendek dan celana dalam saya, dan langsung menghisap batang kemaluan saya. Ternyata, hisapannya top banget. Tanpa tanggung-tanggung, setengah penis saya yang 18 cm itu dimasukkan semuanya. Dalam hati saya berpikir, “Maruk juga nih perempuan..!” Setelah hampir 5 menit, Susi saya suruh berdiri di depan saya sambil saya lucuti pakaiannya. Tanpa di komando, Susi melepas celana dalamnya yang mini itu, dan menjejalkan kemaluannya yang tanpa bulu ke mulut saya. Ya sudah, namanya juga dikasih, langsung saja saya ciumi dan saya jilat-jilat. “Mas, geli Mas,” kata Susi sambil terus menggoyang-goyangkan pantatnya. “Tadi ngasih, sekarang komentar..!” kata saya sambil memasukkan dua jari tangan saya ke dalam vaginanya yang (ya ampun) peret banget, kayak kemaluan perawan. Masih dalam posisi duduk, saya membimbing pantat dan vagina Susi ke arah batang kemaluan saya yang makin lama makin keras. Perlahan-lahan, Susi memasukkan kejantanan saya ke dalam vaginanya yang mulai agak-agak basah. “Pelan-pelan ya Mir..! Nanti memekmu sobek,” kata saya sambil tersenyum. Susi malah menjawab saya dengan serangan yang benar-benar membuat saya kaget. Dengan tiba-tiba dia langsung menekan batang kejantanan saya dan mulai bergoyang-goyang.
Gerakannya yang halus dan lembut saya imbangi dengan tusukan-tusukan tajam menyakitkan yang hanya dapat dijawab Susi dengan erangan dan desahan. Setelah posisi duduk, Susi mengajak untuk berposisi Dog Style. Susi langsung nungging di lantai di atas karpet. Sambil membuka jalan masuk untuk kemaluan saya di vaginanya, Susi berkata, “Mas jangan di lubang pantat ya, di memek aja..!” Seperti anak kecil yang penurut, saya langsung menghujamkan batang kejantanan saya ke dalam liang senggama Susi yang sudah mulai agak terbiasa dengan ukuran kemaluan saya. Gerakan pantat Susi yang maju mundur, benar-benar hebat.
Pertandingan antar jenis kelamin itu, mulai menghebat tatkala Susi ‘jebol’ untuk yang pertama kali. “Mas, aku basah..,” katanya dengan hampir tidak memperlambat goyangannya. Mendengar hal itu, saya malah langsung masuk ke gigi 4, cepat banget, sampai-sampai dengkul saya terasa mau copot. Kemaluan Susi yang basah dan lengket itu, membuat si ‘Vladimir’ tambah kencang larinya. “Mir, aku mau keluar, di dalam apa di luar nih buangnya..?” tanya saya. Eh Susi malah menjawab, “Di dalam aja Mas, kayaknya aku juga mau keluar lagi, barengin ya..?” Sekitar 3 menit kemudian, saya sudah benar-benar mau keluar, dan sepertinya Susi juga. Sambil memberi aba-aba, saya bilang, “Mir, sudah waktunya nih, keluarin bareng ya, 1 2 3..!” Saya memuntahkan air mani saya ke dalam liang vagina Susi yang pada saat bersamaan juga mengeluarkan cairan kenikmatannya.Cerita Sex Terbaru
Setelah itu saya mengeluarkan batang kejantanan saya dan menyuruh Susi menghisap dan menjilatinya sekali lagi. Si Susi menurut saja, sambil ngos-ngosan, Susi menjilati penis saya. Ketika Susi sedang sibuk dengan batang kejantanan saya, Vina bangun tidur dan langsung menghampiri kami sambil bertanya, “Mami lagi ngapain..? Kok Om Vito digigit..?” Susi yang tampaknya tidak kaget, malah menyuruh Vina mendekat dan berkata, “Vina, Mami nggak gigit Om Vito. Mami lagi makan ‘permen kojek’-nya Om Vito, rasanya enak banget deh, asin-asin..” “Mami, emangnya permennya enak..? Vina boleh nggak ikut makan..?” tanya Vina. Sambil mengocok-ngocok penis saya, Susi berkata, “Vina nggak boleh, nanti diomelin sama Om Vito, mendingan Vina duduk di bangku ya, ngeliat Mami sama Om Vito main dokter-dokteran.” Saya yang dari tadi diam saja, mulai angkat bicara, “Iya, Vina nonton aja ya, tapi jangan bilang-bilang ke Papi Vina, soalnya kasian Mami nanti. Ini Mami kan lagi sakit, jadinya Om kasih permen terus disuntik.” Sambil terus memegang penis saya yang mulai kembali mengeras, Susi berkata pada Vina, “Nanti kalo’ Vina nggak bilang ke papi, Vina Mami beliin baju baru lagi deh, ya? Tuh liat, suntikannya Om Vito mulai keras. Vina diam aja ya, Mami mau disuntik dulu nih..!” Merasa ada tantangan lagi, saya langsung mencium Susi dengan lembut di bibirnya yang masih beraroma sperma, sambil meremas buah dadanya yang kembali mengeras. Susi langsung melakukan gerakan berputar dan langsung telentang sambil tertawa dan berteriak tertahan, “Babak kedua dimulai, teng..!” Sementara Vina hanya diam melihat maminya dan saya ‘acak-acak’, walaupun terkadang dia membantu mengelap keringat maminya dan saya.

Related Posts:

Perawan memang menawan tapi Janda lebih Menggoda

Perkenalkan namaku Hardian, umurku saat ini 29 tahun. Setelah lulus dari kuliahku aku langsung bekerja disebuah rumah sakit swata terkenal karena saat kuliah aku mengambil jurusan kedokteran. Aku bekerja sudah lebih dari 2 tahun jadi sekarang aku sudah boleh membuka praktek dirumah sendiri. Dirumah sakit tempat aku bekerja, aku juga termasuk dokter yang pintar dan cerdas diantara dokter-dokter yang lainnya, karena pemilik rumah sakit juga memberikan penilaian tersendiri kepada dokter-dokter yang bekerja disitu. Di rumah sakit aku juga terkenal dengan banyak sahabat karena aku yang mudah bergaul dan mau berkumpul dari segala kalangan.
Sejak aku membuka praktek dirumahku sendiri, penghasilanku semakin banyak, jadi kehidupan ekonomiku sekarang berkembang dengan pesat. Banyak yang rela antri untuk berobat denganku. aku sendiri juga selalu menerima panggilan untuk datang kerumah pasien yang tidak bisa datang ketempat praktekku disebabkan karena faktor ekonomi dan prasarana. Sehingga pasien bisa sangat akrab denganku dan sangat baik padaku. Kadang aku juga dibawakan ala makanan apa saja dari pasienku. Sampai akhirnya aku ditugaskan oleh rumah sakit untuk berdinas di desa selama beberapa minggu.
Aku yang gak mau mendapat komentar jelek dari pemilik perusahaan pun menjalankan tugas tersebut dan aku sementara menutup tempat praktekku yang ada dirumah karena jarak antara desa dan rumahku sangat jauh sekali, gak mungkin jka untuk bolak-balik dalam sehari. Akhirnya aku berangkat kedesa yang sudah ditentukan oleh rumah sakit. Disana aku mendapat penginapan rumah milik warga yang seadanya saja, dan aku pun menerimanya.
Suatu malam hari, aku diminta mengunjungi pasien yang katanya sedang sakit parah di rumahnya. Seperti biasa, aku mengunjunginya setelah aku menutup praktek pada sekitar setengah sepuluh malam. Ternyata sakitnya sebenarnya tidaklah parah bila ditinjau dari kacamata kedokteran, hanya flu berat disertai kurang darah. Jadi dengan suntikan dan obat yang biasa aku sediakan bagi mereka yang kesusahan memperoleh obat malam malam, si ibu dapat di ringankan penyakitnya. Saat aku mau meninggalkan rumah si ibu, ternyata tanggul di tepi sungai jebol, dan air bah menerjang.
Hingga mobil kijang bututku serta merta terbenam sampai setinggi kurang lebih 50 senti dan mematikan mesin yang sempat hidup sebentar. Air di mana-mana, dan aku pun membantu keluarga si ibu untuk mengungsi ke atas. Karena kebetulan rumah petaknya terdiri dari 2 lantai dan di lantai atas ada kamar kecil satu-satunya tempat anak gadis si ibu tinggal. Karena tidak ada kemungkinan untuk pulang, maka si Ibu menawarkan aku untuk menginap sampai air surut.
Di kamar yang sempit itu, si ibu segera tertidur dengan pulasnya, dan tinggallah aku berduaan dengan anak si ibu, yang ternyata dalam sinar remang-remang, tampak manis sekali, maklum, umurnya aku perkirakan baru sekitar awal dua puluhan. Pak dokter, maaf ya, kami tidak dapat menyuguhkan apa apa, agaknya semua perabotan dapur terendam di bawah, katanya dengan suara yang begitu merdu, sekalipun di luar terdengar hamparan hujan masih mendayu dayu.
Oh, enggak apa-apa kok Dik, sahutku. Dan untuk melewati waktu, aku banyak bertanya padanya, yang ternyata bernama Tante Mirna. Ternyata Tante Mirna adalah janda tanpa anak, yang suaminya meninggal karena kecelakaan di laut 2 tahun yang lalu. Karena hanya berdua saja dengan ibunya yang sakit-sakitan, maka Tante Mirna tetap menjanda. Tante Mirna sekarang bekerja pada pabrik konveksi pakaian anak-anak, namun perusahaan tempatnya bekerja pun terkena dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Saat aku melirik ke jam tanganku, ternyata jam telah menunjukkan setengah dua dini hari, dan aku lihat Tante Mirna mulai terkantuk-kantuk, maka aku sarankan dia untuk tidur saja, dan karena sempitnya kamar ini, aku terpaksa duduk di samping Tante Mirna yang mulai merebahkan diri. Tampak rambut Tante Mirna yang panjang terburai di atas bantal. Dadanya yang membusung tampak bergerak naik turun dengan teraturnya mengiringi nafasnya. Ketika Tante Mirna berbalik badan dalam tidurnya, belahan bajunya agak tersingkap, sehingga dapat kulihat buah dadanya yang montok dengan belahan yang sangat dalam.
Pinggangnya yang ramping lebih menonjolkan busungan buah dadanya yang tampak sangat menantang. Aku coba merebahkan diri di sampingnya dan ternyata Tante Mirna tetap lelap dalam tidurnya. Pikiranku menerawang, teringat aku akan Wati, yang juga mempunyai buah dada montok, yang pernah aku tiduri malam minggu yang lalu, saat aku melepaskan lelah di panti pijat tradisional yang terdapat banyak di kawasan aku berpraktek. Tapi Wati ternyata hanya nikmat di pandang, karena permainan seksnya jauh di bawah harapanku. Waktu itu aku hampir-hampir tidak dapat pulang berjalan tegak, karena burungku masih tetap keras dan mengacung setelah selesai bergumul dengan Wati.Cerita Sex Janda hot
Maklum, aku tidak terpuaskan secara seksual, dan kini, telah seminggu berlalu, dan aku masih memendam berahi di antara selangkanganku. Aku mencoba meraba buah dada Tante Mirna yang begitu menantang, ternyata dia tidak memakai beha di bawah bajunya. Teraba puting susunya yang mungil. dan ketika aku mencoba melepaskan bajunya, ternyata dengan mudah dapat kulakukan tanpa membuat Tante Mirna terbangun. Aku dekatkan bibirku ke putingnya yang sebelah kanan, ternyata Tante Mirna tetap tertidur. Aku mulai merasakan kemaluanku mulai membesar dan agak menegang, jadi aku teruskan permainan bibirku ke puting susu Tante Mirna yang sebelah kiri, dan aku mulai meremas buah dada Tante Mirna yang montok itu.
Terasa Tante Mirna bergerak di bawah himpitanku, dan tampak dia terbangun, namun aku segera menyambar bibirnya, agar dia tidak menjerit. Aku lumatkan bibirku ke bibirnya, sambil menjulurkan lidahku ke dalam mulutnya. Terasa sekali Tante Mirna yang semula agak tegang, mulai rileks, dan agaknya dia menikmati juga permainan bibir dan lidahku, yang disertai dengan remasan gemas pada ke dua buah dadanya. Setalah aku yakin Tante Mirna tidak akan berteriak, aku alihkan bibirku ke arah bawah, sambil tanganku mencoba menyibakkan roknya agar tanganku dapat meraba kulit pahanya.
Ternyata Tante Mirna sangat bekerja sama, dia gerakkan bokongnya sehingga dengan mudah malah aku dapat menurunkan roknya sekaligus dengan celana dalamnya, dan saat itu kilat di luar membuat sekilas tampak pangkal paha Tante Mirna yang mulus, dengan bulu kemaluan yang tumbuh lebat di antara pangkal pahanya itu. Kujulurkan lidahku, kususupi rambut lebat yang tumbuh sampai di tepi bibir besar kemaluannya. Di tengah atas, ternyata clitoris Tante Mirna sudah mulai mengeras, dan aku jilati sepuas hatiku sampai terasa Tante Mirna agak menggerakkan bokongnya, pasti dia menahan gejolak berahinya yang mulai terusik oleh jilatan lidahku itu. Tante Mirna membiarkan aku bermain dengan bibirnya, dan terasa tangannya mulai membuka kancing kemejaku, lalu melepaskan ikat pinggangku dan mencoba melepaskan celanaku. Agaknya Tante Mirna mendapat sedikit kesulitan karena celanaku terasa sempit karena kemaluanku yang makin membesar dan makin menegang.
Sambil tetap menjilati kemaluannya, aku membantu Tante Mirna melepaskan celana panjang dan celana dalamku sekaligus, sehingga kini kami telah bertelanjang bulat, berbaring bersama di lantai kamar, sedangkan ibunya masih nyenyak di atas tempat tidur. Mata Tante Mirna tampak agak terbelalak saat dia memandang ke arah bawah perutku, yang penuh ditumbuhi oleh rambut kemaluanku yang subur, dan Penisku yang telah membesar penuh dan dalam keadaan tegang, menjulang dengan kepala kemaluanku yang membesar pada ujungnya dan tampak merah berkilat.
Kutarik kepala Tante Mirna agar mendekat ke kemaluanku, dan kusodorkan kepala kemaluanku ke arah bibirnya yang mungil. Ternyata Tante Mirna tidak canggung membuka mulutnya dan mengulum kepala kemaluanku dengan lembutnya. Tangan kanannya mengelus Penisku sedangkan tangan kirinya meremas buah kemaluanku. Aku memajukan bokongku dan Penisku makin dalam memasuki mulut Tante Mirna. Kedua tanganku sibuk meremas buah dadanya, lalu bokongnya dan juga kemaluannya. Aku mainkan jariku di clitoris Tante Mirna, yang membuatnya menggelinjang, saat aku rasakan kemaluan Tante Mirna mulai membasah, aku tahu, saatnya sudah dekat.
Kulepaskan kemaluanku dari kuluman bibir Tante Mirna, dan kudorong Tante Mirna hingga telentang. Rambut panjangnya kembali terburai di atas bantal. Tante Mirna mulai sedikit merenggangkan kedua pahanya, sehingga aku mudah menempatkan diri di atas badannya. Dengan dada menekan kedua buah dadanya yang montok, dengan bibir yang melumat bibirnya, dan bagian bawah tubuhku berada di antara kedua pahanya yang makin dilebarkan. Aku turunkan bokongku, dan terasa kepala kemaluanku menyentuh bulu kemaluan Tante Mirna.
Lalu aku geserkan agak ke bawah dan kini terasa kepala kemaluanku berada diantara kedua bibir besarnya dan mulai menyentuh mulut kemaluannya. Kemudian aku dorongkan Penisku perlahan-lahan menyusuri liang sanggama Tante Mirna. Terasa agak seret majunya, Karena Tante Mirna telah menjanda dua tahun, dan agaknya belum merasakan Penis laki-laki sejak itu. Dengan sabar aku majukan terus Penisku sampai akhirnya tertahan oleh dasar kemaluan Tante Mirna.Cerita Sex Pembantu
Ternyata Penisku cukup besar dan panjang bagi Tante Mirna, namun ini hanya sebentar saja, karena segera terasa Tante Mirna mulai sedikit menggerakkan bokongnya sehingga aku dapat mendorong Penisku sampai habis. Menghunjam ke dalam Memek Tante Mirna. Aku membiarkan Penisku di dalam Memek Tante Mirna sekitar 20 detik, baru setelah itu aku mulai menariknya perlahan-lahan, sampai kira-kira setengahnya, lalu aku dorongkan dengan lebih cepat sampai habis.
Gerakan bokongku ternyata membangkitkan berahi Tante Mirna yang juga menimpali dengan gerakan bokongnya maju dan mundur, kadangkala ke arah kiri dan kanan dan sesekali bergerak memutar, yang membuat kepala dan Penisku terasa di remas-remas oleh Memek Tante Mirna yang makin membasah. Tidak terasa, Tante Mirna terdengar mendasah dasah, terbaur dengan dengusan nafasku yang ditimpali dengan hawa nafsu yang makin membubung. Untuk kali pertama aku menyetubuhi Tante Mirna, aku belum ingin melakukan gaya yang barangkali akan membuatnya kaget.
Baca Juga Cerita Seks Menantu sexy
Jadi aku teruskan gerakan bokongku mengikuti irama bersetubuh yang tradisional, namun ini juga membuahkan hasil kenikmatan yang amat sangat. Sekitar 40 menit kemudian, disertai dengan jeritan kecil Tante Mirna. Aku hunjamkan seluruh Penisku dalam dalam, kutekan dasar kemaluan Tante Mirna dan seketika kemudian, terasa kepala kemaluanku menggangguk-angguk di dalam kesempitan Memek Tante Mirna dan memancarkan air maniku yang telah tertahan lebih dari satu minggu.
Terasa badan Tante Mirna melamas, dan aku biarkan berat badanku tergolek di atas buah dadanya yang montok. Penisku mulai melemas, namun masih cukup besar, dan kubiarkan tergoler dalam jepitan Memeknya. Terasa ada cairan hangat mengalir membasahi pangkal pahaku. Sambil memeluk tubuh Tante Mirna yang berkeringat, aku bisikan ke telinganya, Tante Mirna, terima kasih, terima kasih.

Related Posts:

Begini Kalo Punya Menantu Super Sexy


Kesepian, itu kata yang tepat untuk menggambarkan kehidupanku sehari-hari. Sejak istriku
meninggal akibat kecelakan pesawat 3 tahun yang lalu, aku melampiaskan nafsu Sex ku dengan
membeli wanita-wanita penghibur dan juga sering kali aku mempacari ayam kampus untuk
memuaskan birahiku. Kesepianku bertambah ketika anak laki-lkai ku pindah kerumahnya
sendiri bersama dengan istrinya. Menantuku namanya Lolita, usianya masih muda, karena
anaku Birma menikahinya ketika Lolita lulus SMA, namun sampai sekarang mereka berdua belum
dikaruniai anak.

Setelah beberapa bulan Birma dan Lolita pindah rumah, kehidupanku semakin tak karuan.
Dengan usahaku yang semakin maju, Aku semakin bebas mendatangkan wanita kerumahku untuk
menjadi pemuas nafsu birahku yang bisa dibilang tinggi. Hingga akhirnya aku merasa bosan
dengan rutinitasku sehari-hari, lalu aku memutuskan untuk pergi kerumah Birma dan menginap
disana. Dan setelah aku pikir matang-matang, akhirnya meluncurlah aku ke rumah Birma.
Setelah menempuh perjalan yang sangat lama, akhirnya aku sampai juga dirumah Birma. Saat
aku mengetuk pintu rumahnya, keluarlah menantuku yang sangat cantik sekali dengan pakaian
yang sangat seksi. Lolita hanya menggunakan celana yang sangat pendek sekali menyerupai
celana dalam dan dengan kemeja yang longgar dan kancing bajunya dilepaskan tiga biji dari
atas. Sungguh mempesona sekali menantuku ini. Hasartku pun sekejap langung muncul, namun
lamunanku buyar akibat Lolita menegurku.
“Pi kenapa lihat Lolita begitu amat pi?? Saya kira papi gak jadi datang kesini” ucap
Lolita membuyarkan lamunanku.
“Gak papa kok, Birma masih kerja??” tanyaku
“Iya pi, mas Birma masih kerja. Masuk pi” ajak Lolita
Dan akhirnya aku pun masuk kedalam rumah. Suasana rumah saat itu sangat sepi sekali karena
Birma dan Lolita juga tidak mempunyai pembantu. Sambil terus mengobrol aku terus
memandangi setiap lekuk tubuh Lolita, sungguh indah sekali. Kancing baju yang membuka
membiarkanku bisa melihat payudara yang sangat putih sekali dan kelihatan sangat padat
karena payudaranya  terlalu besar. Hingga akhirnya Lolita menyadari kalau aku terus
memperhatikan tubuhnya dan Lolitapun mengancingkan kancing bajunya dan berpamitan untuk
mandi. Lalau Lolita berjalan ke kamar atas. Dan aku pun terus memperhatikan goyangan pantat
menantuku yang semakin menggodaku.
Akhirnya Aku memutuskan untuk menaruh koper-kopernya. Dia berjalan ke atas, melewati kamar
tidur utama, terdengar suara orang yang sedang mandi. Aku menaruh koper-koperku dan
pelan-pelan membuka pintu kamar tidur itu lalu menyelinap masuk. Ada sepasang celana jeans
berwarna biru di atas tempat tidur, dan sebuah atasan katun berwarna putih. Aku mengambil
atasan itu dan menemukan sebuah pakaian dalam wanita dibawahnya.
 Diambilnya celana dalam itu, membuka resliting celanaku, dan mulai menggosok kemaluan
dengan itu. Jantungnku berdebar mengetahui menantu perempuanku sedang berada di kamar
mandi di sebelahnya selagi dia sedang memakai celana dalamnya untuk ‘format pelepasan’
dirinya. Dipercepatnya gerakannya sambil mencoba membayangkan seperti apa Lolita saat di
atas tempat tidur, dan bagaimana rasanya mendapatkan Lolita bergerak naik turun pada
penisku.
Aku hampir dekat dengan klimaksnya ketika dia mendengar suara dari kamar mandi berhenti.
Dengan cepat Aku menaruh pakaian itu ke tempatnya semula dan keluar dari kamar itu. Dia
menutup pintunya, tapi masih membiarkannya sedikit terbuka. Baru saja dia keluar, Lolita
muncul dari kamar mandi dengan sebuah handuk yang membungkus tubuhnya. Aku bisa langsung
orgasme hanya dengan melihatnya dalam balutan handuk itu, lalu dia tahu dia akan
mendapatkan yang lebih baik lagi.Cerita MASTURBASI
 
Lolita melepas handuknya, membiarkannya jatuh ke lantai, tidak mengetahui kalau mertuanya
yang terangsang sedang mengintip tiap gerakannya. Aku mendekat ke pintu, saat dia pertama
kali melihatnya Aku memperoleh sebuah pemandangan yang sempurna dari pantat yang sangat
indah itu. Kemudian Lolita memutar tubuhnya yang semakin mempertunjukkan keindahannya.
Memeknya terlihat cantik sekali dihiasi sedikit rambut dan payudaranya kencang dan
sempurna, seperti yang dibayangkan Aku. Dia mulai mengeringkan rambutnya yang basah dengan
handuk, membuat payudaranya sedikit tergoncang dari sisi ke sisi. Aku menurunkan salah
satu kopernya dan menggunakan tangannya untuk mulai mengocok penisku lagi. Lolita yang
selesai mengeringkan rambutnya, mengambil celana dalamnya dan membungkuk ke depan untuk
memakainya.
Saat melakukannya, Aku mendapatkan sebuah pemandangan yang jauh lebih baik dari pantatnya,
dan dia tidak lagi mampu mengendalikan dirinya, dia bisa langsung masuk ke dalam sana dan
menyetubuhinya dari belakang. Lubang anusnya yang berwarna merah muda terlihat sangat
mengundang ketika pikiran Aku membayangkan apa Lolita mengijinkan putranya memasukkan
penisnya ke dalam lubang itu. Ketika dia membungkuk untuk memakai jeansnya, gravitasi
mulai berpengaruh pada payudaranya. Penglihatan ini mengirim Aku ke garis akhir, saat dia
menembakkan spermanya ke seluruh celana dalamnya. Pelan-pelan Aku mengemasi baarang-
barangnya dan dengan cepat memasuki kamarnya sendiri untuk berganti pakaian. Sesudah makan
malam, mereka berdua pergi ke ruang keluarga untuk bersantai.
“Kenapa tidak kita buka sebotol wine. Aku menyimpannya untuk malam ini buat Birma tapi
karena sekarang dia tidak pulang sampai hari Senin, kita bisa membukanya”, kata Lolita
sambil berjalan ke lemari es.
“Ide yang bagus”, jawab Aku memperhatikan Lolita membungkuk ke depan untuk mengambil botol
wine. Ketika Lolita mengambil gelas di atas rak, atasan putihnya tersingkap ke atas,
memberi sebuah pandangan yang bagus dari tubuhnya. Atasannya menjadikan payudaranya
terlihat lebih besar dan jeansnya menjadi sangat ketat, memperlihatkan lekukan tubuhnya.
Aku tidak bisa menahannya lagi. Aku harus bisa mendapatkannya. Sebuah rencana mulai
tersusun dalam otak mesumku.
Dua jam berbicara dan mulai mabuk saat alkohol mulai menunjukkan efeknya pada Lolita.
Dengan cepat topik pembicaraan mengarah pada pekerjaan dan bagaimana Lolita sedang
mengalami stress belakangan ini.
“Kenapa kamu tidak mendekat kemari dan aku akan memijatmu”, tawar Aku. Lolita dengan malas
berkata ya dan pelan-pelan mendekat pada Aku dan berbalik pada punggungnya lalu tangan Aku
mulai bekerja pada bahunya.
“Oohh, ini sudah terasa agak baikan”, dia merintih.
Aku tetap memijat bahunya ketika perasaan mendapatkan Lolita mulai mengaliri tubuhnya,
membuat penisnya mengeras. Mata Lolita kini terpejam saat dia benar-benar mulai menikmati
apa yang sedang dilakukan Aku pada bahunya. Pantatnya kini berada di atas penisku,
membuat Aku ereksi penuh.
“Oohh, aku tidak bisa percaya bagaimana leganya perasaan ini, papi sungguh baik”.
“Ini keahlianku”, jawab Aku saat aku pelan-pelan mulai menggosokkan penisnya ke pantat
Lolita.
Lolita menyadari apa yang sedang terjadi. Dia tidak menghiraukan apa yang Aku lakukan
dengan pijatannya yang mulai ‘salah’ itu. Dia sangat mencintai suaminya dan tidak pernah
akan mengkhianati dia. Dan bayangan tidur dengan mertuanya sangat menjijikkannya. Dia
meletakkan kedua tangannya pada kaki Aku saat mencoba untuk melepaskan dirinya dari penisku. Tapi dengan gerakan malasnya, hanya menyebabkannya menggerakkan pantatnya naik turun
selagi dia menggunakan tangannya untuk menggosok paha Aku. Tahu-tahu dia merasa sangat
bergairah, dan dia ingin Birma ada di sini agar dia bisa segera bercinta dengannya. Aku
tahu dia telah mendapatkannya.
“Ini mulai terasa nggak nyaman untuk aku, kenapa kita tidak pergi saja ke atas”, ajak Aku
.
“Baiklah, aku belum merasa lega benar, tapi sebentar saja ya, sebab aku nggak mau membuat
papi lelah”.
Ketika mereka memasuki kamar tidur, Aku menyuruhnya untuk membuka atasannya agar dia bisa
menggosokkan lotion ke punggungnya. Dia setuju melepasnya dan dia memperlihatkan bra
putihnya yang menahan payudaranya yang sekal. Gairahnya terlihat dengan puting susunya
yang mengeras yang dengan jelas terlihat dari bahan bra itu. Apa yang Lolita kenakan
sekarang hanya bra dan jeans ketatnya, yang hampir tidak muat di pinggangnya. Lolita rebah
pada perutnya ketika Aku menempatkan dirinya di atas pantatnya.
“Begini jadi lebih mudah untukku”, kata Aku saat dia dengan cepat melepaskan kemejanya dan
mulai untuk menggosok pinggang dan punggung Lolita bagian bawah. Alkohol telah berefek
penuh pada Lolita ketika dia memejamkan matanya dan mulai jatuh tertidur.
Aku tidak bisa mempercayainya. Di sinilah dia, setelah 5 tahun tanpa seks, di atas tubuh
menantu perempuannya yang cantik dan masih muda dan yang dipikirnya Aku adalah suaminya.
Pelan-pelan dilepasnya celananya sendiri, dan membalikkan tubuh Lolita. Aku pelan-pelan
mencium perutnya yang rata saat dia mulai melepaskan jeans Lolita dengan perlahan. Memek
Lolita kini mulai basah saat dia bermimpi Birma menciumi tubuhnya. Dengan hati-hati Aku
melepas jeansnya dan mulai menjalankan ciumannya ke atas pahanya. Ketika dia mencapai
celana dalam yang menutupi Memeknya, dia menghirup bau harumnya, dan kemudian sedikit
menarik ke samping kain celana dalam yang kecil itu dan mencium bibir Memek merah mudanya.
Memeknya lebih basah dari apa yang pernah Aku bayangkan. Lolita menggerakkan salah satu
tangannya untuk membelai payudaranya sendiri, sedang tangan yang lainnya membelai rambut
Aku .Cerita Sex
“Oohh Birma”, dia merintih ketika sekarang Aku menggunakan lidahnya untuk menyelidiki
Memeknya. Penisnya akan meledak saat dia mulai menjalankan ciumnya ke atas tubuhnya.
“Jangan berhenti”, bisik Lolita.
Dia sekarang menggerakkan penisnya naik turun di gundukannya, merangsangnya. Hanya celana
dalam putih kecil yang menghalanginya memasuki Memeknya. Aku lebih melebarkan paha Lolita,
dan kemudian mendorong celana dalam itu ke samping saat dia menempatkan ujung penisnya
pada pintu masuknya. Pelan-pelan, di dorongnya masuk sedikit demi sedikit ketika Lolita
kembali mengeluarkan sebuah rintihan lembut. Sudah sekian lama dia menantikan sebuah
persetubuhan yang panas, dan sekarang dia sedang dalam perjalanan ‘memasuki’ menantu
perempuannya yang cantik.
Dia menciumi lehernya saat menusukkan penisnya keluar masuk. Dia mulai meningkatkan
kecepatannya, saat dia melepaskan branya. Aku mencengkeram kedua payudara itu dan
menghisap puting susunya seperti bayi. Perasaan ini tiba-tiba membawa Lolita kembali pada
kenyataan saat dia membuka matanya. Dia tidak bisa percaya apa yang dia lihat. Mertuanya
sedang berada di atas tubuhnya, mendorong keluar masuk ke Memeknya dengan gerakan yang
mantap, dan yang paling buruk dari semua itu, dia membiarkannya terjadi begitu saja.
Aku melihat matanya terbuka, maka dia memegang kaki Lolita dan meletakkannya di atas
bahunya dengan jari kakinya yang menunjuk lurus ke atas. Kini dia menyetubuhinya untuk
segala miliknya yang berharga.
“Oh tidak… hentikan… oh… Tuhan… kita nggak boleh… tolong.. ooohhh”, Lolita berteriak.
Payudaranya terguncang seperti sebuah gempa bumi ketika Aku menyetubuhinya layakanya
seekor binatang.
“Hentikan pi… ini nggak benar… oohh Tuhan”, Lolita berteriak dengan pasrah. Aku melambat,
dia menunduk untuk mencium bibir Lolita. Lutut Lolita kini berada di sebelah kepalanya
sendiri saat dia menemukan dirinya malah membalas ciuman Aku. Sesuatu telah mengambil
alihnya. Lidah mereka kini mengembara di dalam mulut masing-masing ketika mereka saling
memeluk dengan erat. Aku menambah lagi kecepatannya dan keluar masuk lebih cepat dari
sebelumnya, Lolita semakin menekan punggungnya. Aku berguling dan Lolita kini berada di
atas, ‘menunggangi’ penis Aku .
“Oh Tuhan, papi merobekku”, kata Lolita ketika dia meningkat gerakannya.
“Kamu sangat rapat, aku bertaruh Birma pasti kesulitan mengerjai kamu”, jawabnya.
Ini adalah Memek yang paling rapat yang pernah Aku ‘kerjai’ setelah aku menyetubuhi menantuku. Aku meraih ke atas dan memegang payudaranya, meremasnya bersamaan
lalu menghisap puting susunya lagi.
“Tolong jangan keluar di dalam… oohh… papi nggak boleh keluar di dalam”.
Lolita kini menghempaskan Aku jadi gila. Kami terus seperti ini sampai Aku merasa dia
akan orgasme. Dia mulai menggosok beberapa cairan di lubang pantat Lolita. Dia kemudian
menyuruh Lolita untuk berdiri pada lututnya saat dia bergerak ke belakangnya, dengan
penisnya mengarah pada lubang pantatnya.
“Nggak, punya papi terlalu besar, aku belum pernah melakukan ini, Tolong pi jangan”,
Lolita menghiba berusaha untuk lolos.
Tetapi itu tidak cukup untuk Aku. Sambil memegangi pinggulnya, dengan satu dorongan besar
dia melesakkan semuanya ke dalam pantat Lolita.
“Oohh Tuhan”, Lolita menjerit, dia mencengkeram ujung tempat tidur dengan kedua tangannya.
Aku mencabut pelan-pelan dan kemudian mendorong lagi dengan cepat. Payudaranya tergantung
bebas, tergguncang ketika Aku mengayun dengan irama mantap.
“Oohh papi bangsat”.
“Aku tahu kamu suka ini”, jawab Aku, dia mempercepat gerakannya.
Lolita tidak bisa percaya dia sedang menikmati sedang ‘dikerjai’ pantatnya oleh mertuanya.
“Lebih keras”, Lolita berteriak, Aku memegang payudaranya dan mulai menyetubuhinya sekeras
yang dia mampu. Ditariknya bahu Lolita ke atas mendekat dengannya dan menghisapi lehernya.
“Aku akan keluar”, teriak Aku.
“Tunggu aku “, jawabnya.
Aku menggunakan salah satu tangannya untuk menggosok Memeknya, dan kemudian dia memasukkan
dua jari dan mulai mengerjai Memeknya. Lolita menjerit dengan perasaan nikmat sekarang
saat dalam waktu yang bersamaan telepon berbunyi. Lolita menjatuhkan kepalanya ke bantal
ketika Aku mengangkat telepon, dengan satu tangan masih menggosok Memeknya.
“Halo… Birma… ya dia menyambutku dengan sangat baik… ya aku akan memanggilnya, tunggu”,
katanya saat dia menutup gagang telpon supaya Birma tidak bisa dengar suara jeritan
orgasme istrinya.
Dia bisa merasakan jarinya dilumuri cairan Lolita. Dengan satu dorongan terakhir dia mulai
menembakkan benihnya di dalam pantat Lolita. Semprotan demi semprotan menembak di dalam
pantat rapat Lolita. Mereka berdua roboh ke tempat tidur, Aku di atas punggung Lolita.
Penisnya masih di dalam, satu tangan masih menggosok pelan Memek Lolita yang terasa sakit,
tangan yang lain meremas ringan payudaranya.
Baca JUga Cerita Seks Tante Muontok
“Halo Birma”, kata Lolita mengangkat telepon. “Tidak, kita belum banyak melakukan
kegiatan… jangan cemaskan kami, hanya tolong usahakan pulang cepat… aku mencintaimu”.
Dia menutup dan menjatuhkan telepon itu. Mereka berbaring di sana selama lima menitan, Aku
masih di atas, nafas keduanya berangsur reda. Aku mencabut jarinya yang berlumuran sperma
dan menaruhnya ke mulut Lolita. Dia menghisapnya hingga kering, dan kemudian bangun.
“Aku pikir lebih baik papi keluar”, dia berkata dengan mata yang berkaca-kaca. Dia
berjalan sempoyongan ke arah kamar mandi itu. Rambutnya berantakan. Aku bisa lihat
cairannya yang pelan-pelan menetes turun di pantatnya, dan menurun ke pahanya.
 DI KUTIP DARI SUMBER TERPERCAYA DAN DI RAHASIAKAN.
GAMBAR HANYA PEMANIS SAJA.

Related Posts: